Seorang warga, John (26), mengaku belum sanggup meninggalkan sepeda motor untuk bekerja sehari-hari.
"Mungkin kalau untuk liburan, saya bisa beralih untuk naik transjakarta. Tetapi untuk kerja, rasanya belum bisa deh," ujar John.
Menurut John, kendala utama yang dia hadapi adalah kemacetan saat menuju halte transjakarta dari rumah.
"Akses menuju transjakartanya itu macet, apalagi saya harus lewatin Cipulir, bisa sampai satu jam. Sepertinya enggak mungkin, soalnya akan buang-buang waktu," kata dia.
Pengguna sepeda motor lainnya, Yudi (44), mengaku repot jika harus menggunakan transportasi publik untuk kegiatan sehari-hari.
"Memang belum pernah nyobain sih, tetapi sepertinya agak repot kalau harus naik turun angkot sebelum naik ke transjakartanya itu," ucap pedagang nasi uduk di Wisma BNI 46 ini.
Yudi mengatakan, jika menggunakan kendaraan umum, ongkos yang dikeluarkan pun lebih besar dibandingkan dengan naik motor.
"Bisa-bisa sampai Rp 20.000 lagi ongkosnya. Belum lagi macet dan antrean transjakarta suka lama," kata dia.
Sementara itu, pengguna sepeda motor, Dave (19), berpendapat lain. Ia merasa tidak masalah jika harus beralih menjadi pengguna transjakarta.
"Bisa sih, kampus kan di Atma terkadang juga naik transjakarta karena bisa langsung turun di depannya," ucap Dave.
Namun, hingga kini, ia mengaku belum sepenuhnya bisa mengandalkan transportasi publik tersebut. (Baca juga: PMP dan PSO Cair, Transjakarta Siap Beli 2.000 Bus Baru)
Sebab, banyak lokasi yang menurutnya belum bisa dijangkau dengan transjakarta. "Tetapi kalau pagi sudah ada rencana ke tempat lain, ya lebih baik bawa motor. Karena kan enggak seluruhnya terjangkau dengan transjakarta," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.