Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Munculnya Prostitusi di Kalijodo...

Kompas.com - 13/02/2016, 06:08 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebiasaan yang dulu sering dilakukan di Kalijodo, yakni perayaan peh cun dan pesta air, dilarang pada masa kepemimpinan Wali Kota Jakarta Sudiro.

Jabatan wali kota pada saat itu setara dengan jabatan gubernur saat ini. Sudiro menjabat sebagai wali kota sejak tahun 1953 sampai 1960.

"Pesta itu berakhir tanpa keterangan yang jelas waktu Wali Kota Sudiro, tahun 1958 melarang. Cap go meh dilarang, peh cun dilarang. Kita juga enggak mengerti, sampai hari ini, kenapa dilarang," kata Budayawan Betawi Ridwan Saidi kepada Kompas.com, Jumat (12/2/2016).

Menurut Ridwan, saat itu, Sudiro melarang perayaan peh cun tanpa alasan yang jelas. Adapun pelarangan perayaan peh cun itu tertuang dalam sebuah Surat Keputusan (SK).

Tidak hanya Ridwan juga, banyak warga Jakarta yang saat itu menyayangkan larangan tersebut, karena perayaan peh cun telah menjadi momen kegembiraan tersendiri bagi mereka.

"Sebenarnya saya ingin bertanya, apa latar belakangnya dia melarang. Karena, waktu itu enggak ada persoalan politik, enggak ada persoalan apapun. Saya enggak mengerti," tutur Ridwan.

Setelah perayaan peh cun dilarang, pada tahun 1960 ke atas, terjadi urbanisasi besar-besaran. Orang dari berbagai daerah datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Terlebih, kondisi ekonomi di daerah Jawa saat itu sedang sulit. Barulah pada tahun 1963, muncul wanita tuna susila (WTS) dan mulai banyak yang tinggal di sana.

"Muncul WTS, terus berkembang, sampai ada unit RT-nya, unit RW-nya, listrik sendiri dia masuk, prostitusinya terus berjalan. Walaupun kali di sana sudah tidak sejernih tahun 1958, sudah sangat kotor," ujar Ridwan.

Praktik prostitusi dan perjudian di Kalijodo terus berlangsung sampai saat ini. Dari peristiwa kecelakaan Toyota Fortuner B 201 RFD, beberapa hari lalu, wacana untuk menertibkan Kalijodo kembali diangkat ke permukaan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya juga telah sepakat untuk bersama-sama turun tangan saat penertiban nanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com