Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persoalan Kemacetan dan Transisi Menurut Yusril

Kompas.com - 06/04/2016, 05:50 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon gubernur DKI Jakarta Yusril Ihza Mahendra mengungkapkan perlunya transisi dan sosialisasi dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Termasuk dalam mengentaskan kemacetan lalu lintas di Jakarta.

"Bagi saya yang belajar hukum, transisi dan sosialisasi sangat penting. Jangan mengubah sesuatu, betapapun sesuatu itu jelek, sebelum kita siapkan lebih baik," kata Yusril saat berbincang dengan redaksi Kompas.com, Jakarta Selatan, Selasa (5/4/2016).

Pakar hukum tata negara ini mencontohkan kebijakan "three in one" di Jakarta. Ia sepakat "three in one" bukan sebagai solusi kemacetan. Namun, kebijakan itu secara tak langsung dapat mengurangi sedikit kemacetan pada pagi dan sore hari waktu "three in one".

Kendati demikian, ada ekses negatif dari "three in one", salah satunya joki.

"Betapapun 'three in one' buruk, kalau kita hentikan harus ada masa transisinya," sambung Yusril.

Solusi ganjil genap yang disebut-sebut sebagai wacana pengentasan kemacetan di Jakarta nampaknya memiliki sisi yang bisa diserang secara hukum. Yusril sendiri mengakui, pemerintah akan digugat jika sistem itu diterapkan.

"Nomor polisi hari ini ganjil, besok genap keluar. Tapi ya pemerintah kalau digugat ke pengadilan bakal kalah," kata Yusril.

Sebab, pemilik kendaraan bermotor membayar pajak selama satu tahun, namun dipakai hanya enam bulan.

"Kalau saya pakai enam bulan, ngapain saya bayar pajak setahun," kata Yusril. (Baca: Yusril Dianggap Bakal Calon Serba Untung)

Solusi nyata

Dalam pengentasan kemacetan, Yusril memiliki sejumlah solusi, baik itu rencana jangka pendek atau menengah. Dalam rencana jangka pendek, kata Yusril, Pemerimtah Provinsi DKI Jakarta bisa menerapkan perbedaan waktu kerja antara pegawai negeri sipil dan pegawai swasta.

"Katakanlah pegawai negeri, tni polri masuk jam delapan pagi. Pegawai swasta masuk jam sepuluh Maka itu, PNS bisa pulang jam tiga sore. Pegawai swasta pulang jam enam sore. Itu jangka pendek," kata Yusril.

Sementara itu, rencana jangka menengahnya bisa dilakukan berupa jalan berbayar. Penerapan jalan berbayar itu dilakukan di jalan-jalan protokol yang langsung membelah Ibu Kota. Misalnya jalan dari daerah Jakarta Utara ke Jakarta Selatan, yakni dari Jalan Gajah Mada hingga Jalan Sisingamangaraja atau dari Jakarta Barat menuju Jalan Jakarta Timur, dari Jalan Jenderal Gatot Subroto hingga Cawang.

"Itu kendaraan enggak boleh lewat situ selama 24 jam, kalau dia enggak bayar stiker. Entah Rp 500 ribu atau Rp 1 juta," ungkap Yusril. (Baca: "Insya Allah Bang Yusril Tak Jadi Kutu Loncat kaya Kodok")

Kompas TV Yusril "PDKT" Dengan Sejumlah Parpol
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Megapolitan
Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Megapolitan
Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Megapolitan
Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak 'Ngopi' Bareng

Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak "Ngopi" Bareng

Megapolitan
Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Megapolitan
2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

Megapolitan
Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Megapolitan
Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Megapolitan
Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Megapolitan
Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Megapolitan
Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Megapolitan
Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Megapolitan
Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com