Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Pendukung Persija, Polisi dan Masyarakat Turut Andil

Kompas.com - 16/05/2016, 22:41 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Adrianus Meliala, mantan Komisioner Kompolnas, mengatakan kasus kematian pendukung Persija menunjukan buruknya ketertiban umum masyarakat Indonesia sekaligus kinerja kepolisian selama ini dalam melakukan penertiban.

Menurut Adrianus, dalam hal ini baik kepolisian maupun pendukung sepak bola sama-sama harus melakukan introspeksi.

"Ada negara yang masyarakatnya patuh dengan polisi, itu menandakan masyarakatnya taat aturan dan polisinya dipercaya karena kinerjanya yang baik, sehingga masyarakat dan polisi sama-sama mengerti, nah, di Indonesia tidak," ujar Adrianus saat dihubungi Kompas.com Senin (16/5/2016).

Dia menambahkan, sudah sepantasnya polisi mengikuti prosedur yang berlaku saat melakukan penertiban. Tetapi, sudah sepantasnya pula masyarakat, khususnya pendukung sepak bola juga menertibkan dirinya sendiri.

"Di Indonesia kadang massa yang memprovokasi polisi dengan meludahi polisi dan lain sebagainya, kadang sebaliknya, justru polisi yang memulai dengan aksi kekerasan. Ini cermin masyarakat yang tidak tertib dan polisi yang tidak profesional, keduanya harus introspeksi," ucap Adrianus.

(Baca: Kronologi Tewasnya Suporter Persija Versi Pihak Keluarga)

Dia mencontohkan di negara maju, yang cukup menurunkan satu polisi dalam penertiban massa. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena masyarakatnya tertib dan polisinya pun profesional.

"Jadi kalau polisinya bilang jangan masuk mereka ya enggak masuk, karena mereka percaya dengan polisi, hormat dengan polisi," tutur Adrianus.

Sebelumnya, kakak korban, yaitu Sholeh, menuturkan bahwa kejadian berawal saat Fahreza hendak masuk ke stadion bersama kakaknya yang nomor dua, Suyatna.

Saat sampai di stadion, Yatna dan Fahreza tidak kebagian tiket. Lalu, kerusuhan terjadi antara pendukung Persija dan petugas keamanan. Saat rusuh, Yatna yang terpisah dengan Fahreza yang melihat adiknya itu dipukul petugas berseragam polisi.

"Dipukul pakai bambu di bagian punggung dan kepala," kata Sholeh di Jagakarsa, Minggu.

Sholeh mendapat kabar pada sekitar pukul 21.00 dan segera bergegas menuju stadion. Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Andika, lalu dirujuk ke RS Zahira, dan akhirnya menjalani perawatan intensif selama dua hari di Rumah Sakit Marinir Cilandak.

Fahreza yang mengalami koma, sempat sadar. Ia muntah-muntah, dan tak lama meninggal dunia. Korban diketahui mengalami luka parah pada bagian kepala akibat pukulan benda tumpul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com