Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kepala TPU Karet Bivak Temukan Transaksi Jual Beli Makam

Kompas.com - 10/06/2016, 14:45 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Saiman, menceritakan pengalamannya menemukan transaksi jual beli makam. Penemuan itu berdasarkan laporan dari keluarga orang yang dimakamkan atau biasa disebut ahli waris makam.

"Beberapa hari lalu saya temukan praktik jual beli makam. Jadi berawal dari seorang ahli waris lapor ke saya bahwa, 'saya sudah membeli sepetak makam'," kata Saiman saat ditemui Kompas.com di TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (10/6/2016).

Mendapat laporan itu, ia kemudian menelusuri dalang praktik jual beli makam di TPU Karet Bivak.

Setelah ditelusuri, ia menemukan terduga pelaku jual beli makam. Pelaku ternyata dari perawat makam. Perawat makam bukan pegawai harian lepas (PHL) atau PNS Pemprov DKI Jakarta.

"Saya panggil yang bersangkutan. Saya hadapkan, ini ahli waris, ini si pelaku. Saya adu. Si pelaku saya ginikan, 'kamu kenal sama ibu ini?', 'Kenal pak'. Saya tanya, 'apa yang kamu lakukan terhadap makam?' Dia bilang, 'enggak pak, saya merawat makam saja'," kata Saiman menirukan omongan perawat makam.

Namun, ia tak lantas percaya. Sebab, jawaban seperti itu biasanya dilontarkan oleh pelaku. Akhirnya, pelaku pun mengaku bahwa melakukan praktik jual beli makam.

Saiman menyebutkan, modus dari pelaku yakni memanfaatkan ketidaktahuan pembeli yang notabene ahli waris sah dari makam perihal IPTM (Izin Penggunaan Tanah Makam).

IPTM dari ahli waris itu belum diperpanjang. Sehingga ahli waris tersebut menggunakan jasa perawat makam tersebut untuk mengurus IPTM.

"Ibu itu karena ketidaktahuan IPTM dia percayakan ke fulan (pelaku) ini," kata Saiman.

Perawat makam juga menyebut IPTM sebagai sertifikat tanah. Sehingga bisa dimiliki seumur hidup. Padahal IPTM harus diperpanjang per tiga tahun tiga bulan sekali.

"Saya klarifikasi, bu ini bukan sertifikat. Tetapi ini adalah IPTM. Di mana ibu ini ahli waris makam itu, IPTM ibu diperpanjang, tetapi bukan berfungsi ibu sebagai (pemilik) sertifikat membeli makam itu," kata Saiman.

Saiman langsung menyelesaikan persoalan temuan itu. Ia memberi tenggat watu keesokan harinya agar pelaku merawat makam ahli waris. Ia juga mengancam akan memidanakanannya kalau tak berhenti melakukan praktik jual beli makam.

"Akhirnya dia (pelaku) diam-diam kembalikan uang itu. Ibu itu laporan ke saya. 'Pak uangnya suda dikembalikan. Saya terima Rp 800.000'," kata Saiman.

Setelah temuan itu, ia tak lagi melihat batang hidung pelaku di TPU Karet Bivak. Ia juga menegaskan akan membawa siapa pun ke ranah pidana bila terbukti melakukan praktik calo dan jual beli makam di TPU Karet Bivak.

Kompas TV Sanusi Sidak TPU Karet Bivak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com