JAKARTA, KOMPAS.com - Masa kampanye pilkada 2017 yang semakin dekat menarik perhatian para tokoh agama dan masyarakat terkait isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang kerap dimainkan.
Dalam diskusi bertema "DKI Jakarta Menuju Pemilihan Gubernur Yang Bermartabat. Emang Siapa Calon yang Rasis?", isu SARA disebut sudah usang.
Romo Frans Magnis-Suseno, dosen filsafat dari STF Driyarkara Jakarta, mengatakan yang menjadi kunci dalam kepemimpinan daerah bukanlah latar belakang SARA.
"Yang perlu kita ributkan dari penyaing adalah kualitasnya, kritik kebijakannya," kata Romo Magnis di Jakarta Pusat, Jumat (16/9/2016).
Hendrik Lokra dari Persatuan Gereja Indonesia (PGI) mengatakan generasi yang hidup hari ini tidak lagi mempermasalahkan SARA. Hendrik menyatakan banyaknya tokoh yang sangat agamis dan nasionalis tetapi pada akhirnya korupsi.
"Agama syiar kebaikan tapi agama diekspolitasi dalam panggung politik untuk memecah masyarakat," kata Hendrik.
Dalam diskusi itu, hadir pula bakal calon gubernur Sandiaga Uno yang menyampaikan visi dan misinya. Sandiaga mengatakan, bagi dirinya, isu SARA sudah tak layak diungkapkan karena masyarakat Jakarta sudah cerdas. Ia pun menyebut sejumlah kawan dekat dan tim suksesnya yang memiliki latar belakang bermacam-macam.
"Buat saya SARA sudah selesai, tidak relevan lagi. Makanya saya bingung kenapa waktu saya ke Balai Kota kok Pak Ahok bilang kita main SARA," kata Sandiaga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.