Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sampai Pilkada Rusak NKRI

Kompas.com - 28/10/2016, 06:00 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Sumber ANTARA

JAKARTA, KOMPAS.com--Sejumlah tokoh agama meminta semua pihak bersikap dewasa dalam menjalani proses pemilihan kepala daerah sehingga pesta demokrasi itu jangan sampai merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Betapa pun ada perbedaan jangan sampai menimbulkan perpecahan," kata Ketua PBNU Marsudi Syuhud saat konferensi pers bersama para tokoh agama di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis.

Marsudi menegaskan bahwa pesan itu tidak hanya ditujukan bagi Pilkada DKI yang memang bertensi tinggi, melainkan juga untuk pilkada di seluruh Indonesia.

"Kalau kita berkomitmen terhadap NKRI mari kita laksanakan pilkada dengan benar, tidak menggunakan isu yang bisa memecah NKRI," tambah Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Uung Sendana L Linggaraja.

Menurut tokoh lintas agama, isu yang berpotensi memecah NKRI adalah yang menyangkut suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA) sehingga harus dihindari dalam pilkada.

Sementata itu, Sekjen Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengatakan NKRI dibangun atas komitmen bersama warga bangsa termasuk oleh semua agama yang ada di Tanah Air.

"Jangan hanya karena kepentingan sesaat, kepentingan lima tahunan, kita korbankan kepentingan yang lebih besar. Sejak awal seluruh agama membangun bangsa ini," kata dia.

Para tokoh agama itu menyerukan agar agama tidak ditarik-tarik ke ranah politik dan sebaliknya politik tidak dibawa ke ranah agama.

"Nilai-nilai luhur agama seharusnya disumbangkan bagi demokratisasi, bukan dipolitisasi. Nilai agama hendaknya menjadi landasan moral pilkada," kata Gomar Gultom.

"Tidak benar agama membawa kerusakan. Agama harus dikembalikan kesuciannya," tambah tokoh Buddha Suhadi Senjaya.

Senada dengan itu, Sekretaris Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) I Ketut Parwata mengatakan dalam kegiatan apa pun, terlebih pilkada, harus ditunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab.

"Secara sadar kita pilih demokrasi dalam memilih pemimpin. Kita harus konsekuen," kata Parwata.

Tokoh lintas agama itu menyerukan agar masyarakat tidak mudah terpancing isu tidak jelas terutama yang disebarkan melalui media sosial.

Mereka juga mengimbau media massa tidak menyiarkan berita yang meresahkan, terlebih memancing reaksi keras publik, meski ratingnya tinggi.

"Pilkada itu pesta penuh suka cita, jangan karena kesalahan jadi duka cita," kata Sekjen Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Antonius Subianto Bunyamin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyesalan Pembunuh Pria Lansia di Bogor : Maaf, Saya Terpengaruh Alkohol...

Penyesalan Pembunuh Pria Lansia di Bogor : Maaf, Saya Terpengaruh Alkohol...

Megapolitan
Sakit Hati Ditanya 'Mau Makan Apa', Seorang Pengamen Tega Bunuh Lansia di Bogor

Sakit Hati Ditanya "Mau Makan Apa", Seorang Pengamen Tega Bunuh Lansia di Bogor

Megapolitan
Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar untuk Atasi Banjir Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar untuk Atasi Banjir Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Satpol PP Bongkar Tenda Pengungsi WNA di Depan Kantor UNHCR

Satpol PP Bongkar Tenda Pengungsi WNA di Depan Kantor UNHCR

Megapolitan
PDI-P Lebih Berpeluang Koalisi dengan PKS ketimbang Koalisi Bogor Maju pada Pilkada 2024

PDI-P Lebih Berpeluang Koalisi dengan PKS ketimbang Koalisi Bogor Maju pada Pilkada 2024

Megapolitan
Pengamen yang Tega Bunuh Lansia di Sungai Cidepit Bogor Mengaku Menyesal

Pengamen yang Tega Bunuh Lansia di Sungai Cidepit Bogor Mengaku Menyesal

Megapolitan
Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Panitia Prioritaskan Cabor Basket, Sepak Bola, dan Renang

Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Panitia Prioritaskan Cabor Basket, Sepak Bola, dan Renang

Megapolitan
Berawal dari Kejar Layangan, Bocah 8 Tahun Masuk Tol Cijago dan Tewas Tertabrak Mobil

Berawal dari Kejar Layangan, Bocah 8 Tahun Masuk Tol Cijago dan Tewas Tertabrak Mobil

Megapolitan
“Bokap dan Kakek Sudah di Tempat Jauh Lebih Baik, Sudah Enggak Sakit-sakit Lagi”

“Bokap dan Kakek Sudah di Tempat Jauh Lebih Baik, Sudah Enggak Sakit-sakit Lagi”

Megapolitan
Proyek Pengerukan Kali Semongol untuk Atasi Banjir Sudah Mencapai 30 Persen

Proyek Pengerukan Kali Semongol untuk Atasi Banjir Sudah Mencapai 30 Persen

Megapolitan
Kasus Suami Bakar Istri di Tangerang, Adik Pelaku: Sudah Biasa Ribut Sambil Banting Barang

Kasus Suami Bakar Istri di Tangerang, Adik Pelaku: Sudah Biasa Ribut Sambil Banting Barang

Megapolitan
Berantas Judi 'Online', Pakar Hukum: Bandar dan Kaki Tangan yang Tertangkap Harus Dibawa ke Pengadilan

Berantas Judi "Online", Pakar Hukum: Bandar dan Kaki Tangan yang Tertangkap Harus Dibawa ke Pengadilan

Megapolitan
Monas Tutup Hari Ini, Petugas Masih Bersihkan Sampah Sisa Acara HUT Bhayangkara

Monas Tutup Hari Ini, Petugas Masih Bersihkan Sampah Sisa Acara HUT Bhayangkara

Megapolitan
Ada Penertiban Pengungsi WNA di Kuningan, Jalan Depan Kantor UNHCR Ditutup

Ada Penertiban Pengungsi WNA di Kuningan, Jalan Depan Kantor UNHCR Ditutup

Megapolitan
5 RT di Jakarta Timur Banjir Usai Diguyur Hujan Semalam

5 RT di Jakarta Timur Banjir Usai Diguyur Hujan Semalam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com