JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya betonisasi tanah Jakarta yang dilakukan selama puluhan tahun, kini meninggalkan pekerjaan berat bagi Dinas Tata Air DKI. Sepanjang akhir pekan kemarin, Sabtu (26/11/2016), jalan dan trotoar di Jalan Sudirman depan Sampoerna Strategic Square, serta Jalan Trunojoyo seberang Lapangan Bhayangkara, dibongkar.
Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan, selama setahun terakhir, pihaknya sibuk mengembalikan fungsi drainase di sejumlah ruas jalan dan sudut-sudut Ibu Kota yang sering tergenang.
Teguh mengatakan, buruknya drainase atau saluran air Jakarta sebagai penyebab genangan saat hujan tiba.
"Yang paling utama kenapa kami bongkar, karena anda bisa lihat betonisasi, tidak ada drainase, tidak ada celah untuk tali air. Ini kan akhirnya menimbulkan genangan, kalau tidak dibikin, airnya mau jalan ke mana? Ini pembiaran yang udah cukup lama," kata Teguh, Sabtu. cantelan:
Selain dikeluhkan warga, Teguh mengaku beberapa waktu lalu dikeluhkan oleh Paspampers soal genangan di sekitar Sampoerna Strategic Square. Air bening meluap dari jalan. Ketika jalan dan trotoar di depannya dibobok, terlihat adanya saluran air selebar 80 sentimeter di bawah jalan.
Di dalam saluran air itu, terdapat utilitas, beton-beton sisa pembangunan, sampah, sedimen lumpur, hingga besi cor. Di bawah permukaan jalan, air meluap, entah dari mana asalnya.
Di trotoar depan Sampoerna Strategic Square juga tidak ada inrit atau manhole untuk memeriksa saluran air. Sebuah control box yang ada di jalur lambat Jalan Sudirman, juga dibor.
Namun, alangkah herannya para pekerja ketika menemui saluran air di bawah itu mentok di ketiga sisinya. Selama dua pekan ke depan, puluhan pasukan biru dibantu oleh PPSU akan membongkar saluran air bawah tanah di kawasan ini.
Salurannya akan dibersihkan dari material dan sampah, tali airnya juga akan ditambah sehingga air hujan bisa menemui alirannya. Masih ingat banjir di Jalan Kemang Raya yang melumpuhkan aktivitas komersil dan merusak puluhan kendaraan pada September lalu.
Dinas Tata Air telah merampungkan kerjanya membobok 30 tali air yang selama ini 'menghilang' dari ruas Kemang Raya. Ketika trotoar dan jalan di sana dibongkar, terlihat saluran air di bawahnya juga penuh dengan sampah dan material sisa bangunan.
Tali air yang bertugas mengalirkan air ke dalam itu, juga dicor dengan semen, entah oleh siapa dan untuk apa.
"Hampir seluruhnya di Jakarta sama, drainasenya tertutup bangunan," ujar Teguh.
Teguh menunding pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan pengembang selama ini tidak memedulikan sistem drainase yang ada di bawahnya.
Ia menyebut hampir semua proyek yang dikerjakan sekarang seperti Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), dan Jalan Layan non-tol Ciledug-Tendean, dan proyek-proyek terdahulu, pasti selalu menimbulkan masalah drainase.
Pengembang dengan perencanaan mutakhir juga tak ada bedanya. Perencanaan kota yang buruk adalah penyebab Jakarta sangat rawan banjir.
"Kami kerja keras, tugas kami nih sekarang, Jakarta kan baskom, bagaimana caranya nganterin air dari selatan sampau Mega Pluit, sampai Ancol, pakai apa? Ya sistem drainase harus bagus, pompa harus bagus."
"Kalau saya prediksi limpasan wajarlah. Makanya saya bilang ke warga yang ngeluh banjir, dia nutup drainase, lu jangan maling teriak maling, kembalikan fungsi drainase," ujarnya.
Beberapa kawasan yang dibongkar dan dibersihkan drainasenya antara lain Jalan Kyai Tapa di dekat Universitas Trisakti, Jalan Gatot Subroto depan Balai Kartini, kawasan kedutaan besar dan kompleks menteri di Kuningan, Jalan Kemang Raya, Jalan Sudirman, kawasan Mabes Polri di Jalan Trunojoyo, dan Jalan DI Panjaitan, Cawang.