JAKARTA, KOMPAS.com - Jika Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung dua putaran, seperti apa pola perpindahan suara dari satu pasangan ke pasangan calon lainnya?
Litbang Kompas pada Desember ini mencoba untuk menjawab pertanyaan itu dengan melakukan survei demi melihat preferensi publik pada Pilkada DKI tersebut. Salah satu hal yang diukur yakni perubahan pilihan pemilih apabila pasangan calon yang didukungnya kalah pada putaran pertama.
Survei Litbang Kompas itu menangkap ada gejala pola perpindahan suara dari satu pasangan ke pasangan calon lainnya. Survei itu menangkap gejala volatilitas itu dalam dua pola.
Pola pertama terjadi karena kedekatan emosional pemilih di antara pemilih dua pasangan calon. Sementara di sisi yang lain, ada pola "pragmatisme", yaitu perubahan pilihan pemilih menyebar merata ke pasangan yang lain.
Pola pertama terlihat pada karakter pemilih pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Ada kedekatan emosional yang sama di antara kedua kelompok pemilih ini.
Jika salah satu pasangan itu gagal berlaga di putaran pertama, tiap responden pemilihnya cenderung mengarahkan pilihan kepada salah satu pasangan lainnya. Litbang Kompas menyebutkan, hal itu menunjukkan bahwa kedua pasangan calon tersebut punya pasar pemilih yang sama dan cenderung menghindari pilihan kepada pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Pola kedua justru ada pada karakter pemilih Ahok-Djarot. Jika pasangan petahana itu gagal melaju ke putaran kedua, ada kecenderungan peralihan pemilihnya tersebar merata ke dua pasangan calon lainnya. Namun, ada sekitar 18,9 persen pemilih pasangan petahana itu mengaku tidak akan menggunakan hak pilihnya alias golput.
Inilah potret loyalitas pemilih (diehard voters) pasangan Ahok-Djarot yang tidak ada pada pasangan lainnya.
Survei itu mencatat 61,7 persen pemilih pasangan Ahok-Djarot menyatakan tidak akan mengubah pilihannya. Angka itu relatif paling tinggi dibandingkan dengan loyalitas pemilih dari dua pasangan calon lainnya.
Pemilih loyal Agus-Sylvi sebanyak 55,9 persen, sementara pemilih loyal Anies-Sandi ada 54,5 persen.
Dalam persaingan yang ketat, merawat kesetiaan pemilih menjadi kunci untuk menjaga tingkat keterpilihan menjelang pemungutan suara nanti. Selain merawat pemilih loyalnya, pasangan calon harus juga bekerja menarik simpati pemilih baru di tengah potensi perubahan pilihan yang masih terbuka.
Apalagi masih ada kelompok pemilih yang belum menentukan pilihannya (undecided-voters) yang juga menjadi potensi tambahan suara, yakni sebanyak 10,4 persen.
Berdasarkan survei Litbang Kompas, elektabilitas Agus-Sylvi berada di urutan pertama dengan dukungan 37,1 persen. Posisi itu dibayangi ketat oleh pasangan Ahok-Djarot yang didukung 33 persen responden. Selanjutnya potensi keterpilihan pasangan Anies-Sandi berada di angka 19,5 persen.