Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggeser Bukan Menggusur, Janji Agus yang Mirip dengan Janji Jokowi

Kompas.com - 28/01/2017, 10:44 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono, sempat ditanya oleh calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengenai konsep membangun tanpa menggusur permukiman.

Agus mengatakan warga pada umumnya bersedia untuk digeser sedikit dari rumah mereka.

"Kami bicara dengan banyak aktivis, komunitas, mereka mau untuk bergeser sedikit, bukan gusur, untuk didirikan hunian yang layak. Mereka yakin dengan cara itu mereka tidak akan kehilangan miliknya," ujar Agus, dalam debat cagub-cawagub DKI Jakarta, di Hotel Bidakara, Jumat (27/1/2017).

Agus mengaku memiliki ide "on side upgrading" untuk membangun rusunami di lokasi yang sama dengan permukiman warga. Menurut Agus, konsep itu tidak akan mengganggu aliran sungai dan tidak akan menimbulkan banjir.

(Baca: Agus Merasa Tampil Baik pada Debat Kedua)

Mirip janji Jokowi

Perkataan Agus soal menggeser permukiman itu mirip dengan janji Joko Widodo waktu menjadi calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2012. Ketika itu, Jokowi juga mengatakan warga sebenarnya bersedia jika hanya digeser sedikit dari permukiman mereka.

"Ketika berbicara dengan komunitas yang ada di sana, ada 870 KK yang telah berbicara dengan saya, mereka sebenarnya mau digeser, bukan digusur, (tapi) digeser," ujar Jokowi saat itu.

Jokowi saat itu menawarkan program kampung deret untuk warga bantaran kali. Wakil Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pernah menjelaskan bahwa sudah ada kampung deret yang dibangun pada masa pemerintahan dia dan Jokowi. Namun, kini Pemprov DKI tidak bisa lagi membangun kampung deret.

Komentar Ahok

Ahok menjelaskan alasan tidak bisa lagi melanjutkan program kampung deret. Menurut Ahok, tidak ada lagi tanah negara yang bisa digunakan untuk mendirikan kampung deret.

"Kenapa kami berhenti? Karena enggak ketemu tanah lagi. Kalau kamu dudukin tanah negara yang lahan hijau, enggak bisa dong bikin Kampung Deret," ujar Ahok.

Ahok mencontohkan kampung deret di Petogogan yang awalnya dibuat untuk pegawai yang bekerja di Kebayoran. Meski merupakan tanah negara, kawasan itu bukan jalur hijau sehingga pemerintah bisa membuatkan kampung deret dan memberikan sertifikat untuk warga.

Ini berbeda dengan pinggir sungai yang merupakan jalur hijau.

"Namun, saat kampanye kan orang ngomongnya beda, seolah saya enggak tepati janji kampung deret. Saya tunjukkin dapat sertifikatnya kok, datang saja kamu ke Petogogan, ada sertifikat hak milik," ujar Ahok.

"Kenapa sekarang enggak bangun lagi? Mana yang ada tanah negara lagi? Kalau ada, ya kami kasih. Sekarang enggak ada, enggak ketemu lagi," kata Ahok.

Pada debat kedua, Ahok juga mengomentari ide Agus yang ingin menggeser tanpa menggusur. Ahok mengatakan selama ini penertiban atau penggusuran dilakukan untuk normalisasi sungai.

Trase sungai harus dikembalikan seperti sediakala. Jika gubernur malah membangun di sepadan sungai, maka sama saja melakukan pelanggaran.

(Baca: Jawaban Agus Saat Ditanya Djarot soal Cara Membangun Tanpa Menggusur)

Kompas TV AHY Sebut Pertanyaan Sandi ke Sylvi untuk Serang Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com