Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hanya Isu SARA yang Dapat Menjegal Ahok-Djarot pada Putaran Kedua"

Kompas.com - 18/02/2017, 18:48 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan rekapitulasi real count dokumen C1 oleh KPU DKI Jakarta, pasangan Basuki-Djarot memperoleh suara terbanyak yakni 2.357.587 suara atau 42,91 persen.

Sementara Pasangan Anies-Sandi memperoleh 2.200.636 suara atau 40,05 persen dan pasangan Agus-Sylvi mendapat 936.609 suara atau 17,05 persen.

Deputi Koordinator Nasional Jaringan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Sunanto mengatakan, dari hasil tersebut dapat dipastikan Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung dalam dua putaran.

Namun, salah satu hal yang harus diwaspadai oleh pihak penyelenggara pemilu, terutama KPU dan Bawaslu, adalah meningkatknya penyebaran isu SARA menjelang pemilihan putaran kedua untuk menjegal pasangan calon tertentu.

"Saya memprediksi isu SARA akan kembali meningkat jelang putaran kedua. Sama seperti yang terjadi saat menjelang putaran pertama. Targetnya jelas, pasangan Basuki-Djarot, apalagi Ahok sedang tersangkut kasus penistaan agama," ujar Sunanto saat ditemui usai jumpa pers di kantor Badan Pengawas Pemilu RI, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2/2017).

Menurut Sunanto, hanya isu SARA yang bisa digunakan untuk menjegal langkah pasangan Basuki-Djarot di putaran kedua.

Berdasarkan hasil kajian JPPR terhadap Hasil rekapitulasi C1 di KPU Provinsi DKI Jakarta, diketahui pasangan calon Basuki-Djarot menang di empat wilayah, yakni Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu.

Jika dirinci, pasangan calon Basuki-Djarot memperoleh 49 persen di Jakarta Barat, 43 persen di Jakarta Pusat, 39 persen di Jakarta Selatan, 39 persen di Jakarta Timur, 49 persen di Jakarta Utara dan 39 persen di Kepulauan Seribu.

Menurut Sunanto, empat wilayah tersebut merupakan basis pemilih yang memilih berdasarkan kinerja Basuki dan Djarot saat memimpin Jakarta. Keempat wilayah tersebut juga dinilai sebagai wilayah yang banyak mengalami perubahan sejak kepemimpinan Ahok-Djarot.

Di sisi lain, lanjut Sunanto, para warga Jakarta yang memiliki hak pilih adalah pemilih yang rasional. Artinya, kelompok yang tidak senang dengan pasangan Basuki-Djarot tidak akan bisa menjegal dengan dasar program kerja ataupun kebijakan.

"Jadi memang cuma isu SARA yang bisa digunakan oleh kelompok tertentu untuk menjegal langkah Basuki-Djarot," ucapnya.

Selain itu, kata Sunanto, isu SARA diprediksi muncul untuk menarik suara dari golongan putih (golput) atau warga yang tidak menggunakan hak pilihnya pada putaran pertama.

Berdasarkan catatan JPPR, jumlah warga yang memilih golput mencapai 1.668.902 orang atau 23 persen dari total jumlah pemilih.

Kompas TV Hasil perhitungan dari formulir C1 seluruh TPS di DKI Jakarta telah selesai di-input oleh KPU DKI Jakarta. Namun, perhitungan surat suara melalui formulir C1 yang usai dilakukan pada Jumat (17/2) malam belum bisa dikatakan sebagai hasil final. Hasil suara resmi dan final akan diumumkan pada tanggal 4 Maret mendatang. Dari hasil input formulir tersebut, pasangan calon no urut dua, Basuki-Djarot unggul dengan perolehan suara 42,91 persen, disusul Anies-Sandi 40,5 persen, dan Agus-Sylvi sebesar 17,5 persen. Sistem hitung menggunakan formulir C1 ini dapat dikatakan sebagai pembanding dari hasil suara melalui hitung manual di setiap kecamatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com