Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taufik: Terlalu Sederhana, Perpanjangan Jalur MRT karena Lahan Tak Ada

Kompas.com - 10/03/2017, 09:23 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik mengatakan, DPRD akan membentuk pansus untuk membahas perpanjangan jalur mass rapid transit (MRT) fase II, Bundaran HI-Ancol Timur, karena alasan memperpanjang jalur itu begitu aneh.

Awalnya pembangunan depo MRT fase II direncanakan akan dilakukan di Kampung Bandan, bukan Ancol Timur.

"Terlalu sederhana kalau alasannya lahan enggak tersedia. Memang dulu enggak dikaji? Saya kira semua orang langsung ketawa juga kalau kami main iya-iyain saja," kata Taufik kepada Kompas.com, Jumat (10/3/2017).

DPRD DKI mempertanyakan perpanjangan jalur yang berdampak pada tambahan pinjaman sebagai biaya pembangunannya. Taufik mengatakan seharusnya PT MRT memiliki kajian ketika menentukan Kampung Bandan sebagai lokasi pembangunan depo.

Jika lahan milik PT KAI di Kampung Bandan tidak bisa digunakan, seharusnya hal itu  diketahui sejak kajian pertama.

"Dulu bikin kajiannya bagaimana? Itu kan aneh aja. Makanya kami mau manggil KAI, kenapa dulu kajian ada, sekarang enggak ada? Kalau KAI lepas (lahan) setelah ada kajian dan perjanjian, berarti kan KAI nakal. Jadi yang masuk akallah argumentasinya," ujar Taufik.

Taufik menegaskan, pansus itu tidak akan menghambat pembangunan MRT fase II. Pembangunan fase itu juga baru dilakukan tahun depan. Ia mengatakan pansus juga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 1 bulan saja.

Ia mengemukan, pansus perlu dibentuk karena menyangkut tambahan pinjaman sebesar Rp 11,7 triliun untuk perpanjangan jalur MRT fase II dari Kampung Bandan ke Ancol Timur.

"Sekarang bagaimana enggak mau bikin pansus? Tiba-tiba ada penambahan jalur yang biayanya hingga Rp 11,7 triliun dan jadi tanggung jawab Pemprov DKI," kata Taufik.

Kompas TV Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mempertanyakan pertemuan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan Presiden Joko Widodo, saat meninjau proyek MRT dan simpang susun Semanggi, beberapa waktu lalu. Fahri beranggapan, pertemuan keduanya di saat Ahok mencalonkan kembali dirinya menjadi gubernur dianggap tidak etis. Terlebih, Ahok satu mobil dengan Presiden Jokowi. Fahri menyatakan, Presiden seharusnya tak melibatkan diri, sekalipun saat itu Ahok adalah sebagai gubernur DKI, bukan peserta pilkada. Komentar Fahri mengenai hubungan Ahok dengan Joko Widodo langsung dibantah oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristyanto. Hasto beranggapan hal yang wajar jika seorang Presiden meninjau program bersama gubernur. Perlakuan yang sama juga dilakukan ketika Presiden meninjau program-program lain di luar Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat di Pilkada 2024

PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat di Pilkada 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com