Salin Artikel

Desa Pantai Sederhana, Perlahan Hilang Ditelan Abrasi dan Ombak Laut

Salah satu keindahan di senja hari menjelang matahari terbenam didapati Kompas.com di Desa Pantai Sederhana, Kecamatan Muara Gembong.

Seperti banyak desa lain di Muara Gembong, Desa Pantai Sederhana juga dilalui aliran Sungai Citarum.

Jika melihat sekilas kehidupan warga desa ini, terlihat mereka menjalani hari dengan amat normal.

Warga yang sebagian besar menggantungkan hidupnya di laut setiap hari pergi ke laut untuk mencari ikan.

Baca: Sudah Mundur 10 Meter, Abrasi di Bantul Tetap Hancurkan Warung

Sementara para perempuan melakukan pekerjaan rumah tangga dan anak-anak pergi bersekolah selain membantu orangtua mereka.

Namun, di balik kenormalan itu sebenarnya warga Desa Pantai Sederhana menyimpan rasa was-was karena sewaktu-waktu mereka bisa kehilangan tempat tinggal.

Siapa yang mengambil kediaman para penduduk desa? Ternyata sejak 2004-2006 gelmbang laut yang menghantam daratan menciptakan abrasi.

Alhasil, daratan yang dahulu adalah tempat berdirinya rumah-rumah warga tergerus yang pada akhirnya mengakibatkan banyak rumah rusak, hancur, bahkan tenggelam.

Kini tempat yang beberapa tahun lalu masih berupa daratan sudah berubah menjadi perairan. Dan kediaman warga yang dulu jauh dari pantai  kini semakin dekat dengan lautan.

Bukti-bukti adanya daratan masih terlihat dengan masih adanya sisa-sisa tiang listrik yang setengah terbenam air laut.

Tak jauh dari deretan tiang listrik itu terlihat sebuah pulau kecil di ujung muara. Tonjolan itu kemungkinan dulu adalah sebuah bukit yang kini menjadi pulau karena daratan sekitarnya tenggelam.

Ali (61), salah seorang penduduk desa masih mengingat jelas kawasan itu sebelum terendam air laut. Kala itu, pantai masih cukup jauh, sekitar 200 meter, dari permukiman.

Baca: Abrasi Makin Parah, Pantai Beting Bekasi Ditanami Mangrove

"Dulu ada sekitar 20 keluarga tinggal di daerah yang sekarang tenggelam," kata Ali sambil menerawang.

Salah satu warga yang mengalami kehilangan rumah akibat abrasi dan terjangan ombak 1,5 tahun lalu adalah  Juanda (37). Kini sisa rumah pria itu tinggal pondasinya saja.

"Tadinya saya tingga di belakang sini, dulu rumah terkena ombak besar tapi sekarang sudah jadi hutan. Rumah lama tinggal pondasi saja," kata Juanda kepada Kompas.com.

Ombak yang menerjang kediamannya sudah terjadi berulang kali sejak lama. Akhirnya, kediaman Juanda tak kuat lagi menahan terjangan ombak.

Akhirnya Juanda pindah ke tanah yang dibelinya dari seorang teman dengan harga Rp 2 juta yang terletak di dekat muara.

Namun, di lokasi baru, kediaman Juanda masih diterjang ombal terutama di malam hari.

"Kalau malam air pasang besar. Pindah masih tetap kena juga. Air pasang kalau belum tinggi kira-kira semata kaki," ujar Juanda.

"Kalau nanti sekitar November tingginya bisa setinggi dengkul," lanjut dia.

Baca: Abrasi, Rumah Warga yang 7 Tahun Lalu Berjarak 1 Km dari Pantai Pun Ambruk

Sebelum tinggal di muara, Juanda pernah tinggal di bagian tengah desa. Namun, dia memutuskan pindah karena tak merasa nyaman dengan suasana yang terlalu ramai.

Dia mengakui, istrinya tak setuju jika mereka pindah lagi ke dekat muara karena khawatir akan dihantam gelombang laut dan kediaman mereka hancur lagi.

Meski deikian pria asli Desa Pantai Sederhana ini kukuh pada pendiriannya untuk menetap di wilayah muara laut.

"Sekarang sih untungnya masih ombak timur, jadi enggak terlalu besar. Saya pilih tinggal di sini karena lebih tenang," tambah Juanda.

"Selain itu, untuk pekerjaan lebih menguntungkan karena saya enggak akan terlambat," tambah dia.

Meski demikian Juanda mengakui daerah tempat dia tinggal itu sudah ditinggalkan penduduk sejak 2004 karena terendam air laut.

Bahkan dulu di sekitar kediamannya terdapat sebuah ruas jalan aspal yang kini juga telah hilang terendam air.

Alhasil, untuk menuju kediaman Juanda bukan perkara mudah karena harus melakukan jalan setapak yang dibuat dari bambu dan tanah basah yng terendam air laut.

Meski terjangan ombak dan abrasi sudah menghancurkan banyak rumah warga Desa Pantai Harapan tak berusaha pindah ke daerah lain yang lebih aman.

Bukan tak ingin pergi, tetapi alasan utama mereka bertahan adalah karena tak  memiliki uang untuk biaya pindah rumah.

"Khawatir sih, bingung juga saya. Masalahnya kan di ongkos, saya enggak punya uang dan mau pindah ke mana lagi?" kata Juanda

Sementara itu, Ali (80) yang hampir seumur hidupnya tinggal di desa itu mengatakan dulu rumahnya memiliki nomor delapan.

Namun, kini menjadi nomor satu setelah tujuh rumah tetangganya hilag diterjang ombak. Meski nasibnya terancam sama dengan para tetangganya, Ali juga tak bisa berbuat apa-apa.

"Kalau punya modal ya bisa pindah. Kalau saya bagaimana mau pindah, enggak punya modal. Saya jadi nelayan sudah sejak kecil," kata Ali.

Alhasil Ali kini berusaha sekuat tenaga untuk mengurangi air laut yang masuk ke kediamannya. Dia membangun semacam pagar penghalang air dengan menggunakan bambu.

Baca: Abrasi, Kampung Penghasil Atap Rumbia Ini Terancam "Hilang"

"Ini semua pakai bambu dan dari sisa-sisa barang lain di laut dari depan sampai belakang agar tak terkena ombak. Tapi tetep aja kena," kata Ali.

Ali, Juanda, dan sejumlah warga Desa Pantai Sederhana yang menjadi korban terjangan ombak dan abrasi kini hanya bisa pasrah.

Mereka berharap pemerintah bisa memberi bantuan agar mereka bisa hidup tenteram tak lagi dihantui ancaman terjangan ombk.

"Sekarang ini abrasinya makin parah. Saya ingin pemerintah setidaknya bisa membut bendungan seperti di desa lain, kata Juannda.


https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/28/06000001/desa-pantai-sederhana-perlahan-hilang-ditelan-abrasi-dan-ombak-laut

Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke