"Pengusaha kalau demo itu rugi enggak? Rugi. Kalau sopir demo rugi juga enggak? Rugi enggak dapat penghasilan, makannya saya heran kenapa mereka demo," kata Shafruhan saat dihubungi Kompas.com, Senin (29/1/2018).
Ia mengatakan, sebelumnya pengusaha angkot Tanah Abang menyepakati penutupan Jalan Jatibaru untuk pedagang kaki lima (PKL). Namun, kini para pengemudi merasa kebijakan itu sudah merugikan mereka karena omzet menurun hingga 50 persen.
Ia mengklaim, pengemudi diuntungkan setelah beroperasinya Transjakarta Explorer. Sebab, penumpang transjakarta langsung diantar ke tempat pemberhentian angkot.
"Semenjak jalan itu ditutup, macet mulai berkurang. Mereka para sopir sudah tidak perlu lagi berada di kemacetan terlalu lama sehingga bensin jadi boros," katanya.
Shafruhan mengaku tak berpihak pada siapa pun. Pihaknya tetap akan mewadahi pengusaha angkot untuk tetap bisa menjalankan usaha.
Para sopir angkot yang rutenya melintasi kawasan Tanah Abang melakukan aksi protes di depan Balai Kota DKI Jakarta pada Senin (22/1/2018). Mereka menyebut, penutupan ruas jalan Jatibaru Raya menyebabkan omzet para sopir angkot menurun hingga 50 persen.
Dishub DKI menawarkan pemberlakuan sistem ganjil genap hingga program OK Otrip untuk para sopir. Meski demikian, hingga saat ini belum ditemui kesepakatan.
Hari ini, para sopir angkot kembali melakukan aksi unjuk rasa dengan melakukan mogok kerja. Puluhan angkot yang berasal dari trayek 03, M08, M09, M10, memarkirkan angkot mereka di depan pintu masuk Stasiun Tanah Abang yang berada di kolong jembatan layang Jalan Jatibaru Bengkel.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/29/17370941/organda-demo-angkot-buat-pengusaha-dan-pengemudi-rugi