Faenal dan istrinya membawa Akhdan ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan di RSCM. Saat itu, bayi Akhdan didiagnosa menderita Atresia Bilier.
Selama di Jakarta, Faenal ditawari temannya untuk tinggal di Rumah Singgah Peduli Hati (RSPH), yang merupakan tempat untuk menampung dan membantu para penderita dan keluarga penderita penyakit hati.
Rumah singgah ini berlokasi di Jalan Kenari 2 Nomor 177, Senen, Jakarta Pusat.
Faenal, yang berprofesi sebagai buruh kayu di Cirebon, tak memiliki dana cukup untuk mendanai pengobatan dan operasi anaknya.
Bantuan dan dukungan yang diberikan rumah singgah turut meringankan beban Faenal dan keluarganya.
Hingga masa operasi transplantasi, Faenal, istirnya, dan Akhdan tinggal di rumah singgah.
Dalam proses pengobatan dan pemeriksaan di RSCM, Akhdan didampingi oleh salah satu pengurus rumah singgah.
Selain di RSCM, ada sejumlah pemeriksaan lab yang dilakukan di rumah sakit lain, yaitu RS St Carolus.
Setelah menjalani berbagai pengecekan, selanjutnya Akhdan dan ibunya melakukan screening selama 2 bulan sebelum melakukan transplantasi hati.
Biaya screening Akhdan ditanggung oleh BPJS, sementara biaya screening si pendonor alias ibunya tidak bisa ditanggung karena ibunya dalam kondisi sehat.
"Screening bayar karena pendonor dalam keadaan sehat, jadi tidak bisa pakai BPJS," ujar Faenal.
Biaya untuk screening sebesar Rp 60-100 juta dibantu oleh rumah singgah. Dana ini belum termasuk kebutuhan sehari-hari.
"Sebelum operasi, kondisi Akhdan mulai membaik sampai dijadikan kandidat maju pada tahapan operasi transplantasi hati," ujar Faenal.
Selama 6 bulan pasca operasi transplantasi, Akhdan dan ibunya disarankan tinggal di tempat yang lebih steril dan tidak bergabung dengan anak-anak lain.
Menurut Faenal, kondisi anak dan istrinya kini sudah lebih baik, dan dalam masa pemulihan.
Bayi Akhdan, Perjuangan Melawan Atresia Bilier, dan Menerima Cangkok Hati dari Ibunya...
Hati yang dicangkok ke tubuh Akhdan berasal dari ibunya, Sariyah (27).
Akhdan merupakan putra pasangan Faenal Achyar (34) dan Sariyah, yang menderita Atresia Bilier atau gangguan fungsi hati kronis.
Atresia Bilier adalah penyakit saluran empedu langka yang hanya menyerang bayi. Saluran empedu pada hati pada bayi membengkak dan tersumbat sehingga menyebabkan kerusakan hati.
Kini, Akhdan dan ibunya masih dalam masa pemulihan di RSCM.
Kemudian, ia memeriksakan Akhdan ke puskesmas di Cirebon. Namun, tenaga medis setempat menyatakan bahwa Akhdan harus dirujuk ke rumah sakit untuk proses pengobatannya.
Dari Cirebon ke Jakarta
Faenal dan istrinya membawa Akhdan ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan di RSCM. Saat itu, bayi Akhdan didiagnosa menderita Atresia Bilier.
Selama di Jakarta, Faenal ditawari temannya untuk tinggal di Rumah Singgah Peduli Hati (RSPH), yang merupakan tempat untuk menampung dan membantu para penderita dan keluarga penderita penyakit hati.
Rumah singgah ini berlokasi di Jalan Kenari 2 Nomor 177, Senen, Jakarta Pusat.
Faenal, yang berprofesi sebagai buruh kayu di Cirebon, tak memiliki dana cukup untuk mendanai pengobatan dan operasi anaknya.
Bantuan dan dukungan yang diberikan rumah singgah turut meringankan beban Faenal dan keluarganya.
Hingga masa operasi transplantasi, Faenal, istirnya, dan Akhdan tinggal di rumah singgah.
Dalam proses pengobatan dan pemeriksaan di RSCM, Akhdan didampingi oleh salah satu pengurus rumah singgah.
Selain di RSCM, ada sejumlah pemeriksaan lab yang dilakukan di rumah sakit lain, yaitu RS St Carolus.
Setelah menjalani berbagai pengecekan, selanjutnya Akhdan dan ibunya melakukan screening selama 2 bulan sebelum melakukan transplantasi hati.
Biaya screening Akhdan ditanggung oleh BPJS, sementara biaya screening si pendonor alias ibunya tidak bisa ditanggung karena ibunya dalam kondisi sehat.
"Screening bayar karena pendonor dalam keadaan sehat, jadi tidak bisa pakai BPJS," ujar Faenal.
Biaya untuk screening sebesar Rp 60-100 juta dibantu oleh rumah singgah. Dana ini belum termasuk kebutuhan sehari-hari.
"Sebelum operasi, kondisi Akhdan mulai membaik sampai dijadikan kandidat maju pada tahapan operasi transplantasi hati," ujar Faenal.
Selama 6 bulan pasca operasi transplantasi, Akhdan dan ibunya disarankan tinggal di tempat yang lebih steril dan tidak bergabung dengan anak-anak lain.
Menurut Faenal, kondisi anak dan istrinya kini sudah lebih baik, dan dalam masa pemulihan.