Salin Artikel

Harapan Warga Kampung Apung kepada Siapa Pun Presiden yang Terpilih...

Warga bernama Lina (39) misalnya, ia berharap fasilitas mandi cuci kakus (MCK) di Kampung Apung ditambah.

Lina lahir dan besar di Kampung Apung yang semula bernama Kampung Teko itu.

Dinamakan Kampung Apung karena kawasan seluas 3 hektar dan dihuni 200 kepala keluarga (KK) itu terendam air seolah-olah mengapung.

Pada tahun 1988, ada pembangunan kompleks pergudangan dari pihak pengembang di sekitar Kampung Apung.

Karena pembangunan itu, daerah resapan air untuk irigasi sawah produktif milik warga dan saluran air menuju Kali Angke harus ditimbun.

Akibatnya, perkampungan warga digenangi air secara perlahan.

Lina menyebutkan, warga Kampung Apung memang mengalami kesulitan dalam fasilitas MCK, terutama bagi warga-warga yang kurang mampu.

Hanya ada satu kamar mandi umum yang ada di sekitar lokasi pemukiman mereka sehingga warga harus mengantre panjang setiap paginya.

Lina pun berharap agar presiden terpilih bisa menemukan solusi air bersih yang selama ini jadi masalah mereka.

"Pengen dicariin solusi air bersih, soalnya air kita kuning dan bau, PAM enggak bisa masuk, galian sama saja, kalau pendatang gatal-gatal kali ya, kita karena sudah biasa aja," ujar Lina.

Saat Kompas.com berkunjung ke mushala di tengah kampung, air yang keluar dari keran memang mengeluarkan bau tidak sedap.

Airnya sedikit kuning dan meninggalkan rasa sedikit lengket saat terkena kulit.

Lina juga berharap agar presiden  yang terpilih nantinya memperhatikan nasib kaum disabilitas yang ada di kampung tersebut.

Hal itu disampaikan Lina lantaran anaknya memiliki down syndrome. Ia mengeluh, beberapa bulan terakhir sulit meminta rujukan ke rumah sakit untuk terapi menggunakan BPJS.

"Di oper-oper, kalau yang sehat enggak apa-apa, tetapi kalau yang disabilitas kan kasihan," kata Lina, Rabu (10/4/2019).

"Ya syukur-syukur ada program bedah rumah, lihat ini rumah saya sudah tidak layak, apa lagi ini lantai papan kena air terus kan kita enggak tahu kapan akan amblas," ujar Aisyah.

Rumah Aisyah terbuat dari rangkaian balok kayu dan tripleks tua yang sudah mengelupas.

Bahkan, di samping jendela rumahnya, terlihat lubang berdiameter kurang lebih 20 sentimeter. Sementara itu, lantai rumah Aisyah terbuat dari susunan papan kayu.

Biasanya, warga yang punya uang akan mengganti kayu-kayu lantai rumah mereka rutin setiap tahunnya.

Namun, bagi Aisyah yang ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai satpam, mengganti lantai secara rutin itu tak mungkin.

"Terus kalau bisa dibikinin jalan baru kasihan anak-anak kalau mau ke sekolah harus muter ke jalan raya ngeri juga kalau keserempet," kata dia.

Akses jalan kampung Apung terbilang cukup sempit.

Jalan kampung ini terbuat dari semen dengan lebar 1,5 meter tanpa pagar pembatas mengubungkan kampung yang dikelilingi air tersebut dengan Jalan Kapuk Raya.

Hanya ada dua jalan masuk dan keluar kampung tersebut.

Saat keluar gang pun warga akan berhadapan langsung dengan truk-truk besar yang melewati jalan tersebut karena tidak ada trotoar bagi pejalan kaki.

"Ya mudah-mudahan siapa pun presidennya, kampung ini bisa jadi lebih baiklah," ucap Aisyah.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/04/11/20361751/harapan-warga-kampung-apung-kepada-siapa-pun-presiden-yang-terpilih

Terkini Lainnya

Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke