Salin Artikel

Sutopo Purwo Nugroho, "Nyontek" Cara Kerja Wartawan untuk Kabarkan Bencana

Masih teringat di benak Kompas.com sebuah percakapan Sutopo dengan teman-teman media pada tahun 2015 lalu.

Sutopo memilih duduk bersama wartawan di sebuah meja kecil dengan lima kursi yang ada di Kantor Presiden. Mungkin ada sekitar delapan orang yang mengerumini Pak Topo, demikian dia dipanggil, waktu itu.

Kami tidak sedang melakukan wawancara. Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang sambil bercerita, ada juga yang serius dengan laptop dan ponselnya karena harus mengetik menuntaskan berita.

Sementara Pak Topo ketika itu jari jemarinya sibuk menekan ponsel sambil bercerita bersama kami. Pembicaraan dibuka dengan Pak Topo yang bertanya, humas kementerian atau lembaga yang menurut kami paling bagus.

Bagus dalam artian, cepat menyebarkan informasi dan tidak sulit dihubungi wartawan.

Kami pun sepakat menyebut nama pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1959 itu.

"Enggak lah, yang lain. Biar aku belajar yang bagus di mata wartawan itu seperti apa?" tanyanya.

Sejumlah wartawan kemudian menyebut Humas Kementerian Luar Negeri hingga kementerian-kementerian di sektor ekonomi. Sutopo menyimak alasan-alasan yang disampaikan wartawan ketika itu sambil mengangguk-angguk.

Bagi kami, yang terpenting informasi cepat didapat, lengkap, dan pejabat yang berwenang mudah dikonfirmasi. Sutopo pun sepakat. Informasi harus cepat mengalir ketika sebuah peristiwa besar terjadi.

Informasi itu juga haruslah lengkap, pasti, dan tak menimbulkan tanda tanya. Hal ini penting untuk menangkal berita-berita bohong atau hoaks, kata Sutopo waktu itu.

Di saat bercerita itu, Sutopo masih disibukan dengan ponselnya.

Kompas.com pun iseng bertanya, "Bapak bikin rilis dari situ?"

"Iya, saya belajar banyak dari wartawan bagaimana harus mengetik cepat. Jadi saya ini kerjanya mirip-mirip wartawanlah, ada informasi apa langsung ketik, harus cepat," tutur Sutopo.

"Enggak pusing Pak ngetik di HP?" tanya Kompas.com lagi.

"Ini yang paling praktis. Kalau sudah selesai bisa langsung disebarkan di grup-grup WhatsApp. Cuma saya masih ada PR, karena yang kayak begini di kantor cuma saya, harusnya staf-staf saya juga belajar dari wartawan," ujar dia.

Memang benar, Sutopo lalu menunjukkan ponselnya. Di situ dia sedang mengetik sebuah informasi penanganan bencana di sebuah wilayah. Dia menghimpun informasi-informasi yang didapatnya dari lapangan melalui BPBD di berbagai daerah.

Sutopo mengaku awalnya hanya menyebarkan informasi soal kebencanaan lewat media Twitter. Namun, karakter yang terbatas di Twitter membuat dia tak leluasa menyampaikan informasi atau peringatan bencana.

Akhirnya, grup WhatsApp dipilih sebagai media yang dinilainya paling efektif menyebar informasi dan peringatan bencana kepada masyarakat melalui media massa.

Rapat Presiden Jokowi dengan menteri dan kepala negara pun tak terasa sudah selesai menjelang malam. Syamsul Maarif tampak turun dari ruangan rapat. Sutopo kemudian menghampiri.

Sesi wawancara pun dilakukan dengan Syamsul Maarif. Sutopo juga masih tampak sibuk memegangi ponselnya, mengetik poin-poin yang dibicarakan bosnya itu. Mirip sekali seperti wartawan jika dia tak mengenakan seragam dinas BNPB warna coklat muda waktu itu.

Kini, sosok pejuang yang begitu penting dan sangat membantu media di setiap peristiwa bencana itu sudah pergi. Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Guangzhou, China, Minggu (7/7/2019) dini hari karena penyakit kanker paru-paru yang dideritanya sejak Januari 2018.

Terima kasih dan selamat jalan, Pak Topo!

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/07/06481631/sutopo-purwo-nugroho-nyontek-cara-kerja-wartawan-untuk-kabarkan-bencana

Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke