Salin Artikel

Zita Anjani, Anggota Baru DPRD DKI yang Terbebani Sosok Zulkifli Hasan

JAKARTA, KOMPAS.com - Zita Anjani menjadi salah satu anggota DPRD DKI Jakarta terpilih periode 2019-2024. Ia menjadi satu dari 59 wajah baru yang akan duduk di kursi DPRD DKI di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Zita menjadi anggota dewan dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Sebagai putri Ketua MPR RI yang juga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas), Zita merasa terbebani dengan sosok sang ayah.

"Bukannya merasa beruntung, malah merasa terbebani," ujar Zita saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (15/8/2019).

Zita meyakini, statusnya sebagai anak Zulhas akan membuat ia menjadi bahan perundungan di DPRD DKI Jakarta. Namun, Zita akan membuktikan bahwa ia bisa sukses karena perjuangannya sendiri.

"Bapak aku, ya Bapak aku, ya aku, aku. Ya dia hebat, ya aku juga bisa, insya Allah bisa, ya bisa punya jalan aku sendirilah," kata Zita.

Berikut wawancara Kompas.com dengan Zita soal sosok sang ayah dalam karier politiknya:

Boleh diceritakan bagaimana perjuangan selama kampanye?

Perjuangan banget sih karena kan aku bukan orang politik ya. Aku memang orangnya pekerja keras.

Cuma, kalau di politik kan beda sama bisnis ya. Jadi waktu itu aku bikin selalu kampanye itu yang kayak bikin-bikin pelatihan atau apa, terus akhirnya papaku bilang itu enggak efektif.

(Kata papa), 'Inti kampanye itu kamu ketemu orang sebanyak-banyaknya.' Nah di situ aku mengubah total, aku rombak total, konsep kampanye aku jadi door to door.

Tadinya aku selalu banyak seremoni, bikin event apa, ternyata bukan itu yang penting. Yang penting adalah kita face to face sama banyak orang. Jadi aku rombak total.

Jadi aku kunjungan. Kunjungan itu maksimal aku satu hari 10 titik, karena aku juga enggak mau terlalu banyak, kan aku punya anak. Jadi aku satu hari 10 titik, aku kampanye totalnya sembilan bulan, itu non-stop. Jadi, hampir 500 titik yang aku kunjungi.

Ya sudah door to door aja ketemu sama masyarakat. Kan (guru) PAUD banyak, mereka yang kondisiin di rumah-rumah penduduk.

Strategi kampanye ini usulan papa juga ya?

Iya, dia pas tahu aku bikin seremoni gitu, aku diketawain.

(Kata papa), 'Kamu enggak akan menang kalau kayak gitu. Coba kamu hitung, kalau sebulan kamu cuma ketemu 250 orang, kamu kampanye sembilan bulan, kamu ketemu sekitar 3.000 orang, sedangkan kamu butuh paling enggak suara berapa, sekitar 10.000. Jadi kamu coba kalkulasi, sehari itu harus ketemu berapa banyak. Sehari paling enggak ketemunya, kalau satu titiknya aja 20 orang, ketemu 10 titik, paling enggak 200-250.'

Oh jadi kita yang penting itu kita hitung jumlah face to face-nya. Di situ aku mulai belajar.

Apakah papa bantu turun kampanye?

Iya. Aku sebenarnya enggak mau dia turun karena aku tuh enggak mau terkenal sebagai anaknya Zulkifli Hasan. Aku tuh enggak mau karena banyak orang itu stigmanya udah negatif kalau tahu kayak gitu. Karena selama ini aku jadi pendidik juga itu image aku sendiri.

Tapi ya enggak bisa dimungkiri, ada momen-momen yang masyarakat kita tuh seneng kalau ada ketum PAN, kan dia lebih terkenal dari aku kan. Apalagi kader PAN kita. Beda gitu kalau misalnya anak baru sama ketumnya yang datang itu beda.

Jadi di ending, ketika udah puncaknya itu kan memang jumlah massa sudah banyak, itu dia ikut bantu kampanye. Tapi di awal-awal enggak. Ya paling totalnya tiga kali.

Apakah Anda ikut proses seleksi dari awal caleg online PAN?

Iya, semuanya, enggak boleh bolos. Mas Eko (Ketua DPW PAN DKI Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio) tuh dia enggak peduli, kita mau anak siapa.

Kata dia, 'Pokoknya peduli amat deh.' karena dia juga ngetop gitu loh, maksudnya kita enggak bisa sok-sok-an juga, orang ketua kita juga lebih ngetop.

Jadi semuanya ikut proses, pelatihan, submit CV, interview, background check, semuanya itu kita ikuti.

Apakah Anda merasa terbebani dengan sosok Pak Zulhas?

Iya hehe, bukannya merasa beruntung, malah merasa terbebani, gitu. Semua tagline berita itu anak ketua MPR gitu, maksud aku, itu membuat aku jadi di-bully sih gitu hehe.

Pastinya ya itu akan ngebikin aku di-bully di sana (DPRD DKI), karena kayak, 'Siapa lo, lo cuma anak MPR,' apa segala macam.

Ya tapi aku pengin ngebuktiin, aku tuh lebih dari itu. Ya Bapak aku, ya Bapak aku, ya aku, aku. Ya dia hebat, ya aku juga bisa, insya Allah bisa. Ya bisa punya jalan aku sendirilah.

Jadi menurut aku itu sebuah, ya..., beban sih, tapi ya blessing in disguise juga. Kalau ke PAN lebih gampang, anaknya ketum gitu hehe, tapi aku juga sebenarnya biasa aja. Aku dari awal juga enggak pernah kayak, 'Eh gue anaknya ketum', enggak.

Aku orangnya pokoknya aku mau sebiasa mungkin, karena aku enggak mau juga nanti orang ngecap aku, 'Oh Zita sukses karena anaknya ketum', enggak.

Dan alhamdulillah semua orang tahu, di PAN DPC-DPC-nya, aku tuh orangnya kerja keras banget.

Perolehan suara juga karena usaha sendiri ya? Bukan sosok Pak Zulhas?

Enggak (karena sosok Zulhas). Aku dapat suara salah satu top three di PAN. Yang tinggi-tinggi kan aku, Habib Muhammad, sama Lukman.

Aku top three dan aku hanya satu perempuan di antara semuanya, aku satu perempuan.

Karena aku memang benar-benar kerja keras. Bisa dilihat tuh aku waktu kampanye, aku dokumentasiin itu semua di Instagram aku. Aku benar-benar pergi pagi, pulang sore, dan itu benar-benar keliling, ya benar-benar capek banget sih sembilan bulan itu.

Makanya pas habis kampanye, aku thankful banget nih dapat tiga bulan off dulu, gitu. Aku benar-benar need untuk recharge energi aku semua.

Tapi begitu udah jadi, malah aku kangen masa kampanye. Itu tuh kangen banget.

Apakah di DPRD akan membuktikan Anda bisa masuk karena kerja keras sendiri, bukan karena sosok Pak Zulhas?

Iya, pasti. Aku enggak mau dilihat karena ayah atau siapa pun lah. Aku karena achievement aku sendiri, karena dari dulu juga, papa aku tuh sosok orang yang enggak pernah ngebantuin. Anaknya masing-masing semuanya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/19/09433681/zita-anjani-anggota-baru-dprd-dki-yang-terbebani-sosok-zulkifli-hasan

Terkini Lainnya

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke