Salin Artikel

Kala Karyawan Restoran Ternama Jual Makanan di Pinggir Jalan hingga Berhadapan dengan Satpol PP

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memukul hampir semua sektor usaha di Indonesia. Sektor jasa, terutama yang bergerak di industri makanan dan minuman, pun mengalami penurunan omzet.

Para pelaku usaha juga harus memutar otak dan mengubah strategi penjualan. Banyak di antaranya yang berusaha bertahan dengan melakukan strategi jemput bola ke pelanggan.

Hal ini diketahui dari beragam unggahan di media sosial mengenai karyawan restoran yang harus bertugas menawarkan makanan yang diproduksi, bahkan hingga di pinggir jalan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Krisnandi mengatakan, strategi tersebut dilakukan karena keadaan yang memaksa.

Seperti diketahui, pelanggan yang datang ke restoran mulai berkurang. Krisnandi menyatakan, restoran juga sudah kehabisan akal untuk menjual makanan.

Menurut dia, jika tidak ada pembeli yang datang ke restoran, strategi yang dilakukan adalah mendatangi pelanggan.

Strategi bertahan ini dilakukan juga oleh jaringan restoran ternama di Indonesia.

Salah satu pekerjanya, Ifan Dondy (18), menceritakan bahwa pandemi memberikan dampak, khususnya di sektor usaha makanan. Outlet tempatnya bekerja mengalami penurunan omzet.

Menurut dia, semua karyawan mendapatkan bagian untuk menjual makanan secara langsung ke konsumen.

Berbekal banner dan motor dari perusahaan, Ifan mendatangi pusat-pusat keramaian.
Tugas ini membuat jam kerjanya tidak menentu.

Apabila jatah makanan yang ia bawa bisa habis dalam sekejap, Irfan bisa langsung pulang. Namun, jika makanan yang ia bawa tak langsung terjual maka dia harus menunggu hingga malam.

"Kebijakannya sehari kami harus keluar. Kalau pizanya sudah enggak terlalu dingin, maksimal jam 22.00. Habis enggak habis, kami bawa pulang," ucap Ifan kepada Kompas.com, Rabu (7/10/2020).

Banyak suka duka yang ia alami selama menjual makanan dengan sistem jemput bola seperti ini.

Ifan mengatakan, pada awalnya dia merupakan karyawan yang bekerja di bagian pengantaran makanan ke pelanggan.

Namun, selama pandemi, tugasnya bertambah dengan menjual piza langsung di pinggir jalan kepada pelanggan. Semua karyawan, kata Ifan, mendapatkan bagian untuk menjual langsung makanan yang diproduksi.

Jika dia mendapatkan sif pertama maka pada pagi harinya Ifan bertugas menyebarkan flyer ataupun brosur selama 30 menit. Setelah itu, pada pukul 11.00-12.00, dia mulai berangkat untuk menjual makanan.

"Saya bagian delivery, masuknya jam 09.00, dagangnya jam 13.00. Karena outlet saya ramai, banyak antrean, makanya didaganginnya jam 13.00-an," tutur dia.

Selain kedua sif tadi, Ifan mengatakan, outlet tempatnya bekerja juga mempekerjakan karyawan yang bertugas di bagian dapur untuk menjajakan makanan. Mereka, sebut Ifan, bertugas menjajakan makanan pada sif ketiga.

"Kalau pulangnya enggak tentu. Kalau enggak habis, kami sampai malam jam 22.00. Kalau habis jam 16.00, kami balik lagi ke outlet, kami nambah lagi," tutur dia.

Dalam sehari, Ifan bisa membawa puluhan pack makanan. Ifan harus berusaha menjual habis makanan yang dibawa.

Sebab, jika tidak maka ia harus membawa pulang untuk dimakan di rumah. Namun, jika jumlahnya besar, dia biasa membaginya dengan karyawan lain.

Hal ini dilakukan karena, menurut ketentuan perusahaan, makanan yang diproduksi hari itu harus dihabiskan.

"Dari pihak outlet enggak nyuruh habis banget, tapi diusahakan dihabiskan," tutur Ifan.

Ketentuan lainnya adalah, makanan tersebut tidak boleh dijual kembali pada keesokan harinya. Ini karena menurut ketentuan perusahaan, yaitu makanan yang dijual harus yang dimasak pada hari itu juga. 

Ifan menuturkan, saat sepi pelanggan, dia bisa membawa pulang beberapa pack piza.

"Kalau kadang enggak habis, kadang bingung, ini gimana cara ngehabisinnya? Kalau enggak habis, biasanya juga dibagiin rata, dibawa pulang. Misal karyawan 5 sisa 20, trus dibagi rata. Pernah saya bawa 72 packs, sisa 21 packs. Akhirnya dibagi," kata Ifan.

Ifan juga sering berpindah lokasi, tergantung keramaian. Dalam sehari, dia bisa dua kali pindah lokasi.

Saat siang hingga sore, Ifan bisa menggelar lapaknya di Stasiun Tanah Abang. Lalu menjelang maghrib, dia berpindah ke Kebon Melati.

Hampir setiap hari Ifan juga kerap mendapatkan teguran dari Satpol PP.

"Ada Satpol PP, kami harus berhenti dulu dagangnya," ucap dia.

Tak hanya itu, dia juga kerap mendapatkan kesulitan untuk memberikan uang kembalian. Banyak pelanggan yang membayar dengan jumlah uang yang terlampau besar.

Untuk itu, dia harus mencari kembalian ke tempat lain agar tidak mengecewakan pelanggan.

Ifan berharap pandemi segera berlalu. Dengan demikian, dia dan karyawan restoran lainnya dapat bekerja dengan normal kembali.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/07/21291161/kala-karyawan-restoran-ternama-jual-makanan-di-pinggir-jalan-hingga

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke