Salin Artikel

Sosok Sylviana Murni, Wali Kota Perempuan Pertama di Jakarta hingga Lolos Jadi Anggota DPD RI

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Sylviana Murni mungkin tak asing di telinga warga DKI Jakarta. Namanya pernah masuk daftar calon wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017.

Dia diusung Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk mendampingi Agus Harimurti Yudhoyono.

Namun, sebelum dikenal sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sylviana sudah memiliki pengalaman selama puluhan tahun sebagai birokrat.

Perempuan yang kini duduk di kursi DPD RI itu pernah mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang menjabat wali kota di DKI Jakarta. Tepatnya, tanggal 1 April 2008, Sylviana dilantik sebagai Wali Kota Jakarta Pusat oleh Gubernur DKI Jakarta yang kala itu dijabat oleh Fauzi Bowo.

Dinobatkan sebagai None Jakarta

Perempuan kelahiran 11 Oktober 1958 itu memang dikenal aktif dalam kegiatan sosial sejak muda. Pada 1981, Sylviana dinobatkan sebagai None Jakarta. Saat itu, dia masih berusia 23 tahun dan duduk di semester akhir Jurusan Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum Universitas Jayabaya.

Kesibukannya sebagai None Jakarta tak membuat Sylviana melupakan pendidikannya. Dia bahkan menyelesaikan pendidikan S-2 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S-3 di Universitas Negeri Jakarta.

Istri dari Gde Sardjana itu juga mendapat gelar profesor dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Jakarta.

Karier birokrat

Karier birokrat Sylviana dimulai tahun 1985. Saat itu, dia menjabat sebagai staf penatar Badan Pembinaan, Pendidikan, dan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (BP-7) DKI Jakarta selama dua tahun hingga 1987.

Dia kemudian menjabat staf Biro Pembinaan Mental DKI Jakarta hingga 1989.


Kariernya terus menanjak hingga menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Pendidikan Luar Sekolah Biro Pembinaan Mental DKI Jakarta periode 1989-1991.

Selanjutnya, dia menjabat Kepala Sub Bagian Seni Budaya Biro Pembinaan Mental DKI Jakarta selama empat tahun hingga 1995 dan Kepala Bagian Kebudayaan Biro Pembinaan Mental DKI Jakarta pada 1995-1997.

Tak puas di dunia pemerintahan, Sylviana juga pernah terjun ke dunia politik. Dia pernah cuti dari PNS DKI untuk menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Golkar periode 1997-1999.

Namun, Sylviana kembali menjadi PNS DKI dan melepas jabatannya sebagai anggota legislatif setelah ada peraturan pemerintah (PP) yang mengharuskan PNS tidak memihak atau netral dari partai politik.

Tak butuh lama, Sylviana kembali menduduki jabatan pemimpin lembaga pemerintahan. Dia dilantik sebagai Kepala Biro Bina Sosial DKI Jakarta periode 1999-2001.

Kemudian, dia berturut-turut duduk di kursi Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta hingga 2004 dan Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta hingga 2008.

Wali kota perempuan pertama

Nama Sylviana semakin dikenal setelah menduduki jabatan Wali Kota Jakarta Pusat. Dia merupakan perempuan pertama yang menduduki jabatan tersebut sepanjang sejarah.

Ketika dilantik, Gubernur DKI Jakarta kala itu Fauzi Bowo menyebut pelantikan Sylviana sebagai momentum kebangkitan kaum perempuan di DKI Jakarta.

"Pengangkatan Dr Sylviana Murni bertepatan dengan peringatan Hari Kartini pada bulan April ini. Ini juga momentum kebangkitan kaum perempuan di Jakarta. Beliau adalah wali kota perempuan pertama di DKI," kata Fauzi Bowo, 1 April 2008.

"Ia akan tetap mengemban tugas sama seperti wali kota sebelumnya. Bahkan, di pundaknya ada beban lebih berat, yaitu memajukan Kota Jakarta Pusat, pusat pemerintahan negara dan juga Pemerintah DKI," tambahnya.


Pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Sylviana diangkat menjadi Asisten Sekda Bidang Pemerintahan DKI Jakarta. Dia juga sempat menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Jakarta Barat untuk menggantikan posisi Burhanuddin yang kala itu maju sebagai calon legislatif pada Pileg 2014.

Pengalaman Sylviana di dunia birokrasi juga mengantarkan dirinya menjabat sebagai Plt Kepala Satpol PP yang menggantikan posisi Effendi Anas yang pensiun.

Nama Sylviana juga sempat masuk bursa calon sekretaris daerah DKI Jakarta. Posisi orang nomor tiga di DKI Jakarta kala itu kosong setelah Fadjar Panjaitan mengundurkan diri pada 2013.

Namun, harapan Sylviana untuk menjadi Sekda DKI Jakarta harus kandas. Posisi Sekda DKI kala itu dijabat oleh Saefullah, sedangkan Sylviana dilantik menjadi Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta.

Maju sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta hingga duduk di kursi DPD RI

Karier birokrat Sylviana harus berakhir pada 2016 ketika dia mengundurkan diri untuk maju sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Agus Harimurti Yudhoyono sebagai pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI nomor urut 1.

Karier Sylviana tak redup meski harus menelan pil kekalahan pada putaran pertama dengan perolehan suara paling bontot di bawah pasangan calon Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga Uno.

Kini dia duduk di kursi Senayan sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI bersanding dengan nama-nama tenar lainnya, seperti Fahira Idris, politisi senior Sabam Sirait, dan eks Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/22/05293811/sosok-sylviana-murni-wali-kota-perempuan-pertama-di-jakarta-hingga-lolos

Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke