Kenaikan harga minyak goreng tentu saja sangat memengaruhi penghasilan para pelaku industri yang berkaitan dengan bahan pokok tersebut.
Salah satunya pemilik usaha warteg yang berada di kawasan Pademangan Barat, Jakarta Utara, Wati (40).
Wati mengatakan, sudah beberapa minggu ini harga minyak goreng naik Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per 2 liter.
"Ini lagi mahal, biasanya cuma Rp 28.000-Rp 29.000 jadi Rp 37.000," kata Wati kepada Kompas.com, Kamis (28/10/2021).
Dalam satu hari, Wati menghabiskan enam liter minyak goreng untuk memasak semua menu yang tersaji di wartegnya.
Kenaikan harga minyak goreng membuat pengeluarannya ikut bertambah.
"Ya ngaruhlah, kan pengeluaran jadinya nambah, sehari saya biasanya pakainya 6 liter, sekarang satu hari minyak doang bisa Rp 100.000 lebih," tutur Wati.
"Berpengaruh sama penghasilanlah pasti karena pengeluaran bertambah ya," lanjutnya.
Hal senada dirasakan Meni (38). Pengeluaran dari usaha warteg rumahan yang dia miliki beberapa waktu ini membengkak.
Meni biasanya menghabiskan 3 kilogram minyak goreng setiap harinya dengan harga Rp 36.000.
Namun, satu bulan belakangan, Meni harus mengeluarkan biaya minyak goreng sebesar Rp 60.000 setiap harinya.
"Sekilo Rp 20.000 biasanya mah Rp 12.000-Rp 13.000 naik Rp 1.000 sampai Rp 20.000. Pengaruhlah ke pendapatan, belum cabainya, bahan-bahan lainnya," ucap Meni.
Meni mengaku tak bisa menaikkan harga makanan yang dia jual kepada pembeli.
Agar tetap mendapat untung, Meni terpaksa mengurangi porsi makanan saat melayani pembeli.
"Ya mau enggak mau tetap beli (minyak goreng) kan, kalau harga ke pembeli enggak dinaikin, paling pas ngelayanin agak dikurangi porsinya, kalau enggak gitu ya enggak untung," lanjut Meni.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/10/28/15331281/harga-minyak-goreng-naik-pengusaha-warteg-di-pademangan-mengeluh