JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman warga RT 09 RW 03 di Jalan NIS, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kerap dilanda banjir akibat tak ada turap yang membatasi Kali Krukut.
Ketua RT 09 Jayadi mengatakan, permohonan dari warga untuk pembuatan turap sebelumnya telah dilayangkan ke tingkat Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Selatan hingga Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Permohonan pembuatan turap itu setidaknya sudah diajukan sebanyak tiga kali, terakhir pada tahun 2017.
"Sudah diajukan ke Pemprov DKI Jakarta langsung. Sudah tiga kali 2012, 2015, dan terakhir 2017," kata Jayadi saat dikonfirmasi pada Sabtu (16/7/2022).
Selama ini, kata dia, pemerintah hanya menangani banjir dengan mengeruk lumpur di Kali Krukut yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumah warga.
"Iya, selama ini cuma mengeruk-mengeruk lumpur saja. Sedangkan kalau proses pengerukan itu kan nanti lumpur datang lagi," kata Jayadi.
Selain itu, kata Jayadi, Kali Krukut yang berada di sekitar Jalan NIS memiliki ukuran lebar berbeda-beda sehingga menghambat aliran air.
"Dari mulai lebar enam meter, terus di bagian ujung ada yang lebar tidak sampai empat meter," imbuh dia.
Sebelumnya, warga mengeluhkan permukimannya kerap dilanda banjir yang diduga disebabkan tidak adanya turap yang menjadi pembatas Kali Krukut.
Terbaru, banjir yang disebabkan dari luapan air Kali Krukut itu terjadi pada Jumat (15/7/2022) malam sampai dengan Sabtu pagi.
Banjir yang terjadi pada Jumat malam itu dengan ketinggian air mencapai lebih dari satu meter dan baru berangsur surut pada Sabtu siang.
"Iya begitu saja (tidak ada turap). Jadi langsung kali," kata Sabar, warga setempat, saat ditemui di lokasi, Sabtu.
Menurut Sabar, banjir semakin parah di permukiman warga Jalan NIS setelah adanya tembok perumahan yang belum lama ini bangun.
Padahal, kata Sabar, sebelum adanya perumahan tersebut, luapan air Kali Krukut seusai diguyur hujan lebat akan mengalir ke kawasan itu.
"Kalau dulu sebelum ada perumahan air mengalir ke lahan itu. Karena sudah ditembok, air larinya (mengalirnya) ke warga sini," kata Sabar.
Sabar mengatakan, banjir terparah yang dialami selama tinggal di Jalan NIS terjadi pada sekitar tahun 2006 dan awal 2020.
Musibah banjir pada tahun tersebut membuat warga harus mengungsi hingga beberapa hari di tempat yang posisinya lebih tinggi.
"Jadi sudah sering banget merasakan banjir. Kalau ada normalisasi dengan pembayaran sesuai boleh juga. Tapi, saya ikut rumah-rumah depan dekat jalan saja," kata Sabar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/07/16/15435081/permukiman-warga-cilandak-timur-kerap-banjir-karena-tak-ada-turap-ketua