Salin Artikel

Kekhawatiran Ibu Korban yang Diduga Dianiaya Anak Kombes, Takut Kasus Tak Berlanjut...

Dugaan penganiayaan itu terjadi saat putranya mengikuti bimbingan belajar (bimbel) di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, untuk calon pendaftar taruna Akademi Kepolisian (Akpol).

Yusna pun bertanya-tanya soal beberapa hal yang menurutnya janggal dalam penyelidikan polisi terkait kasus penganiayaan tersebut.

Visum belum keluar

Yusna mengemukakan, sampai saat ini, hasil visum untuk menguatkan adanya penganiayaan terhadap putranya itu belum keluar.

Padahal, visum itu dilakukan pekan lalu saat korban membuat laporan di Polres Metro Jakarta Selatan pada Sabtu (12/11/2022).

"Betul, hasil visum sampai sekarang belum keluar. Masa sudah lima hari hasil visum belum juga keluar?" ujar Yusna saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (18/11/2022).

Untuk diketaui, putra Yusna melaksanakan visum et repertum di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Yusna pun mempertanyakan profesionalitas dokter-dokter di RS itu.

Yusna curiga hasil visum anaknya ditahan oleh pihak tak bertanggung jawab agar kasus anaknya tidak berlanjut.

"Ya karena dia (diduga) mau mengarahkan ini menjadi perkara biasa. Jadi, mau hukum anak polisinya ini biasa, enggak ditahan. Lihat saja nanti," kata Yusna.

Ia menuding olah TKP yang disebut oleh polisi sudah dilakukan pada Jumat kemarin itu bohong belaka.

Pasalnya, Yusna berada di sekitar PTIK sejak Jumat pagi. Ia mengaku tak melihat kegiatan olah TKP yang disebutkan polisi.

"Sejak pukul 07.00 WIB sampai 09.30 WIB, itu saya masih di PTIK, parkir. Bohong tuh. Bisa dicek di (kamera) CCTV, mobil saya ada masuk ke PTIK pagi-pagi. Tidak ada olah TKP di sana," ujar Yusna.

Yusna pun mengaku telah mengonfirmasi soal olah TKP kepada penyidik dan mendapat informasi bahwa olah TKP batal dilakukan pagi hari, tapi dilakukan pada Jumat sore.

"Terus saya tanya juga ke ketua tim penyidik. Kata dia sore (olah TKP). Dia malah telepon ke saya, tadi jam 10.00 konfirmasi, dia bilang, ibu kalau bisa enggak usah ikut. Karena ini sebentar, sore baru dilaksanakan," ucap Yusna.

"Kenapa tiba-tiba sudah dilayangkan (olah TKP sore), katanya sudah olah TKP tadi pagi? Saya ketemu (penyidik) jam 11.00, saya masih ngobrol, katanya belum," sambung dia.

Selain itu, Yusna juga tak menerima pernyataan polisi dari Polres Metro Jakarta Selatan yang menyebut dugaan penganiayaan dialami anaknya merupakan candaan para remaja.

"Masa orang Polres Jakarta Selatan bilangnya itu anak-anak kecil pelakunya, perkelahian yang tidak serius. Ini bukan perkelahian loh. Ini anak saya dianiaya loh!" tutur Yusna.

Khawatir kasus tak berlanjut

Yusna juga mempertanyakan lamanya proses penyelidikan.

Padahal, kata Yusna, pemeriksaan sudah dilakukan sejak kasus penganiayaan terhadap putranya dilaporkan beberapa hari lalu.

Ia pun meminta pertolongan wartawan agar mendesak pihak rumah sakit segera mengeluarkan hasil visum anaknya.

“Hasil visum sampai sekarang belum keluar. Tolong dong tanyakan itu. Masa hasil visum belum keluar sudah lima hari,” ujar Yusna.

“Pasti (hasil visum) enggak mau diserahkan sama pihak rumah sakit. Tolong saya, tolong,” imbuh dia.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasie) Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi mengatakan, hasil visum yang sudah dijalani korban nantinya akan menjadi barang bukti untuk penyelidikan.

"Untuk pemukulan sudah divisum, itu menjadi barang bukti. Ini masih didalami oleh penyidik. Nanti itu (hasil) yang memeriksa jelas saksi ahli yang menerangkan," kata Nurma.

Kronologi penganiayaan

Yusna sebelumnya membuat laporan kepolisian terkait dugaan tindakan kekerasan itu. Menurut Yusna, anaknya dianiaya karena dituduh menyembunyikan topi.

"Tiba-tiba anak saya pulang ke rumah, terus dia lapor kalau dia dipukul sama salah satu anak petinggi polisi. Tempat kejadiannya itu di PTIK,” kata Yusna di Mapolda Metro Jaya, Selasa (15/11/2022).

FB dan RC sama-sama mengikuti bimbingan Akpol di PTIK. Pemukulan itu terjadi pada Sabtu lalu dan disaksikan pelatih di PTIK.

Namun, sang pelatih disebut tidak berbuat apa-apa untuk melerai.

Akibat penganiayaan itu, FB mengalami sejumlah luka memar dan bahkan trauma.

Berdasarkan pengakuan FB kepada ibunya, pelaku merupakan anak perwira menengah Polri yang menjabat sebagai inspektur pengawas daerah di sebuah polda.

"Anak saya bilang, dia (RC) anak kombes, Bu. Pelatih aja takut sama dia karena di mana-mana dia bikin masalah selalu bawa-bawa nama anak kombes," ucap Yusna.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Irwandy Idrus mengatakan, penyidik masih mendalami kasus dan sudah memeriksa sejumlah saksi.

Ada lima saksi yang telah diperiksa, yakni dua orang pelatih, asisten pelatih, korban, dan kakak kandung korban yang berada di lokasi saat dugaan penganiayaan itu terjadi.

"Sementara masih kami dalami semua peristiwa itu, kami tidak langsung ke sana, kami klarifikasi terkait peristiwanya," kata Irwandhi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/19/07492941/kekhawatiran-ibu-korban-yang-diduga-dianiaya-anak-kombes-takut-kasus-tak

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke