BEKASI, KOMPAS.com - Daden Nur Zaman (23) sudah enam tahun bekerja sebagai seorang porter gunung atau penyedia jasa angkut peralatan pendakian gunung.
Pria yang karib disapa Aden itu bercerita soal apa saja yang ia bisa ia lakukan ketika jasanya sebagai porter disewa oleh pendaki.
Tak sebatas mengangkut barang, Aden bahkan bisa disuruh untuk membuat makanan oleh penyewa jasanya.
Dari sekadar menyeduh kopi atau membuat mi instan, Aden bisa secara sigap memberikan pelayanan terbaik ke para pelanggannya.
"Yang pertama itu bawa barang tamu. Misalkan bawa peralatan pribadi atau apa, nah saya yang bawain. Kalau misalkan bawa mi saya yang masakin. Mau seduh kopi, saya yang seduhin," ujar Aden kepada Kompas.com, Senin (13/3/2023).
Tak hanya bermodalkan tenaga, keahlian memasak juga merupakan modal utamanya menjadi porter.
Terbukti, Aden yang sudah 6 tahun menjadi porter bisa memasak segala macam makanan, mulai dari sop hingga soto.
Seluruh keputusan untuk mau makan apa ketika pendakian berlangsung, bahkan tergantung kemauan si penyewa jasa Aden.
"Semuanya sesuai request, ya. Kalau misalkan tamu mau sop, berarti saya bawa logistik sop. Kalau mau soto, saya nanti buatkan soto, apa saja pokoknya," ucap dia.
Meski kemampuan memasaknya terbatas, namun ia akan memberikan yang terbaik kepada pendaki yang menyewa jasanya.
Pria yang merupakan porter spesialis Gunung Gede Pangrango itu bicara, semua itu bisa didapatkan penyewa jasa porter dengan biaya Rp 700.000 - Rp 800.000.
"Masaknya makanan lokal saja. Kalau tarif, itu sudah termasuk jasa angkut dan memasak, harganya memang Rp 700.000 - Rp 800.000," jelas Aden.
Aden bercerita, dirinya tak memiliki keahlian khusus ketika memilih jalan hidup sebagai porter.
Semuanya itu hanya bermodalkan hobi dan pengamatan yang ia lakukan kepada pamannya, yang juga berprofesi sebagai porter.
Berbekal itu semua, ia akhirnya mengikuti jejak pamannya untuk menjadi porter gunung.
"Ikut saja sih, ditawarin mau atau enggak (jadi porter), enggak sendirian, ikut dulu sama paman (yang duluan jadi porter). Paman naik gunung, saya ikut. Saya ikut lihatin cara masak, masak makanan buat orang," ungkap Aden.
Di usianya yang masih belum genap seperempat abad, Aden sudah puluhan kali naik-turun gunung.
"Saya sudah jadi porter dari tahun 2017, waktu zaman saya sekolah," ujar Aden.
Di tengah statusnya sebagai pelajar, ia memutuskan untuk menjadi porter guna mencari uang tambahan sekolah.
"Umur 17 tahun jadi porter. Karena kebutuhan, kalau ada kerjaan, saya izin dulu mau naik gunung. Awalnya, izin ke wali kelas 'izin, saya mau naik gunung dulu ada kerjaan', gitu," ucap Aden.
"Awalnya memang enggak bilang, nah kedua kalinya bilang ke wali kelas, dikasih izin," lanjut dia.
Izin untuk menjadi porter gunung seperti diberkahi oleh semesta. Wali kelas yang memberikan kelonggaran untuk Aden, justru menyewa jasanya sebagai porter.
Merangkap sebagai pemandu, Aden memimpin pendakian di Gunung Gede Pangrango.
"Wali kelas itu suka naik gunung dan diporterin sama Aden waktu itu sampai akhirnya ajak guru-guru yang lain," kata dia.
"Pas libur sekolah waktu itu, abis libur ujian kalau enggak salah. Terus guru itu ajak saya 'Den, bisa enggak porterin ke gunung?' kata guru saya, terus saya bilang 'siap, bisa, Pak'," tambah Aden.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/14/09484511/kisah-daden-nur-jadi-porter-gunung-gede-pangrango-bisa-angkut-barang