Selain merusak fasilitas pejalan kaki, Nirwono menilai, drainase vertikal yang dibuat di trotoar tidak akan berfungsi dengan baik untuk mengatasi banjir.
"(Drainase vertikal) di atas trotoar tidak berfungsi efektif sama sekali saat hujan lebat," ujar Nirwono saat dihubungi, Rabu (17/5/2023).
Nirwono mengatakan, drainase vertikal lebih efektif dibangun di tepi jalan, tepatnya di sisi saluran air di lokasi yang kerap tergenang atau rawan banjir.
"Drainase vertikal dapat pula dibangun dekat saluran air, di kiri-kanan jalan yang sering tergenang," ucap Nirwono.
"Pada dasarnya sumur resapan dan drainase vertikal sebenarnya tidak berbeda, hanya beda istilah saja," sambung dia.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Selatan akan membangun 200 drainase vertikal. Pembangunan ditargetkan selesai akhir Juni 2023.
200 titik drainase vertikal itu direncanakan tersebar di 10 kecamatan di Jakarta Selatan. Masing-masing kecamatan akan memiliki 20 drainase vertikal
Kepala Suku Dinas (Kasudin) SDA Jakarta Selatan Santo mengatakan, 200 drainase vertikal yang dibangun memiliki kedalaman 20-25 meter per unit.
Pembangunan diawali dengan menggali tanah sampai kedalaman tiga meter, lalu memasang buis beton berdiameter satu meter.
"Tahap selanjutnya adalah tanah dibor sedalam sekitar 20 meter dengan menanam pipa sebesar 4 inci," ucap Santo.
"Drainase vertikal model baru ini dilakukan supaya penanganan banjir dan genangan bisa lebih maksimal,” sambung dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/17/12454941/pakar-ingatkan-pemkot-jaksel-jangan-bangun-drainase-vertikal-di-trotoar