Salin Artikel

Kisah Miswadi Mengais Rezeki di Gang Mayong yang Rawan Tawuran...

JAKARTA, KOMPAS.com - Miswadi (52) adalah warga Purbalingga, Jawa Tengah, yang mengadu nasib ke Jakarta dan kini berjualan di salah satu kawasan yang terkenal rawan tawuran.

Kawasan itu adalah Jalan Bekasi Timur IV di Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur.

"Ke Jakarta tahun 1989, kerja di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur. Mulai 1994 baru pindah ke sini, dan langsung jualan sampai sekarang," tutur dia di Asrama Leoni Blok C, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (11/6/2023).

Sebagai informasi, sebagian besar orang lebih mengenal Jalan Bekasi Timur IV sebagai Gang Mayong.

Mayong sebenarnya adalah nama salah satu gang di RW 07, dekat Jalan Bekasi Timur IV.

Namun, tawuran sering terjadi di jalanan itu antara warga Gang Mayong dari RW 07 dan warga dari RW 08. Oleh karena itu, kawasan tersebut sering dilabeli Gang Mayong.

Miswadi mengatakan, pada 1994, ia tinggal bersama saudaranya di kawasan Asrama Leoni Blok C.

Untuk menuju kawasan ini, seseorang harus melewati pagar berwarna hijau terlebih dulu.

Lokasi pagar berada di sebelah kiri Jalan Bekasi Timur IV, jika berangkat dari arah lampu lalu lintas dekat Rutan Cipinang.

Baru lah pada 1998, Miswadi menyewa kontrakan dua petak yang jaraknya beberapa meter saja dari pagar itu. Sebab, ia sudah berkeluarga.

Berdagang puluhan tahun

Sejak 1994, Miswadi sudah berjualan di tempat yang sama, yakni di seberang pintu masuk Kejaksaan Negeri Jakarta Timur.

Setiap hari, ia menjajakan dagangannya mulai pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB.

Jenis dagangannya masih sama, yakni kolak, es buah, gorengan, minuman kemasan, dan minuman saset.

Untuk kolak dan es buah, Miswadi tidak hanya menjajakannya setiap bulan Ramadhan.

Animo tinggi dari para pelanggannya membuat dia bersemangat menjual dua menu itu setiap hari, meski saat ini hanya kolak.

Sebab, Miswadi sudah tidak memiliki banyak tenaga untuk berbelanja dan menyiapkan es buah.

Ditambah lagi, akses langsung menuju Pasar Enjo dari tempat tinggalnya sudah ditutup. Ia tidak bisa lagi berjalan kaki untuk berbelanja.

Miswadi harus menggunakan ojek, sehingga pengeluarannya menjadi lebih banyak dari yang semestinya.

"Kolak juga sekarang enggak jual setiap hari karena enggak ada tenaganya. Setiap Senin-Kamis aja," terang dia.

Miswadi masih menjual es buah, tetapi hanya pada bulan Ramadhan karena ada tetangga yang membantunya.

Kolak dijual seharga Rp 6.000, es buah Rp 5.000, serta es jeruk dan jeruk hangat Rp 6.000.

Untuk es teh, teh hangat, dan minuman renceng dibanderol Rp 4.000.

Miswadi mengaku jarang menghitung pendapatan hariannya.

Ia hanya mengira-ngira nominal yang diperlukan untuk berbelanja bahan dagangan, sementara sisanya digunakan untuk keperluan lain seperti makan sehari-hari.

"Untuk kisarannya sih sehari bisa Rp 500.000-Rp 600.000. Sekarang turun jadi Rp 200.000-Rp 250.000 sejak pandemi Covid-19," ungkap Miswadi.

Sejak pandemi, penjualan minuman jeruknya berkurang.

Sebelum Covid-19, Miswadi bisa menghabiskan 5 kilogram jeruk sehari. Kini, 3 kilogram jeruk baru habis dalam seminggu.

"Cuma sekarang masih bersyukur aja bisa makan," kata Miswadi.

Aman dari tawuran

Miswadi mengatakan, tawuran baru marak terjadi di Gang Mayong pada sekitar tahun 2020.

Ia bersyukur dagangannya tidak pernah dijarah atau dirusak oleh para pelaku tawuran.

"Alhamdulillah enggak pernah ada yang dicuri atau dirusak. Enggak pernah di luar (berdagang) juga saat tawuran karena sudah tutup dari jam 16.00 WIB," tutur dia.

Tawuran biasa terjadi di sepanjang Jalan Bekasi Timur IV, dan jarang sampai memasuki gang menuju perumahan warga.

Tawuran lebih sering dimulai pada malam hari atau dini hari. Sementara itu, Miswadi hanya berjualan di tepi Jalan Bekasi Timur IV pukul 08.00 WIB-16.00 WIB.

Meski dagangannya tidak pernah menjadi korban tawuran, ia sendiri pernah menjadi korban perusakan properti.

Ini terjadi pada 20 Mei 2023, ketika tawuran pecah selama berhari-hari di kawasan itu.

"Kemarin Sabtu (20/5/2023), saya sampai rumah jam 16.00 WIB. Baru masuk rumah, baru mau nyolok HP (di-charge), tahu-tahu dari luar ada teriakan-teriakan," tutur dia.

Miswadi tidak tahu teriakan berasal dari mana. Yang jelas, isinya merupakan ajakan untuk tawuran. Kata-kata kasar terselip di dalamnya.

Saat itu, salah satu pintu rumahnya dalam keadaan setengah terbuka. Sementara pintu di petak kontrakan lain terbuka.

Ia langsung merasa khawatir. Dalam benaknya terbesit bahwa tawuran kali ini akan lebih parah dan berdampak pada dirinya.

Setiap aksi tawuran terjadi, Miswadi menyempatkan diri untuk mengintip ke arah Jalan Bekasi Timur IV dari dalam rumahnya.

Namun, kali ini ia langsung menutup pintu rumah. Sementara pintu pada petak kontrakan lainnya terlupakan di tengah kepanikan.

"Saya kaget, sudah dengar bunyi lemparan batu. Untungnya pintu saya tutup dan kunci, saya bersembunyi di balik pintu. Tahu-tahu kaca jendela ditimpukin," ungkap Miswadi.

Mulanya, sekelompok remaja melempari kaca jendela itu menggunakan bebatuan kecil.

Lantaran kaca tidak kunjung pecah, mereka melemparkan sebongkah batu bata.

"Selain kaca, tiga termos plastik saya pecah. Termos beling pecah satu. Setelah dilempari dan mereka kabur, saya cek ke sebelah. Oh, mesin cuci yang di luar dan kaca jendela rumah saya aman," tutur Miswadi.

Saat ini, kaca jendela Miswadi masih dalam keadaan pecah.

Ia belum sempat menggantinya, sehingga area yang pecah hanya ditutup sebuah papan tripleks dari dalam.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/13/13061741/kisah-miswadi-mengais-rezeki-di-gang-mayong-yang-rawan-tawuran

Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke