Mereka menganggap hal ini justru mempersulit karena tak bisa memanfaatkan kemudahan layanan dompet digital untuk pembayaran ongkos transportasi.
Hantini (25), pegawai swasta di kawasan Sudirman, biasa menggunakan MRT menuju tempat kerjanya. Dia merasa urusan bayar ongkos MRT kini jadi ribet.
"Jadi ribet, kan biasanya enak ya bisa pakai aplikasi. Enggak perlu ribet-ribet bawa kartu. Soalnya kalau kartu suka lupa kebawa," ujar warga Cipete itu saat dihubungi, Selasa (4/7/2023).
Akibat penyesuaian sistem pembayaran MRT itu, Hantini mengaku harus mengalokasikan dana untuk mengisi ulang saldo kartu pembayaran elektronik.
"Kemarin akhirnya top-up e-money dulu pas sampai Stasiun MRT Cipete," kata Hantini.
Hal senada disampaikan Cicilia Galuh, pekerja yang rutin menggunakan transportasi dari Fatmawati menuju kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Dihapusnya layanan dompet digital untuk pembelian tiket, membuat layanan MRT menjadi tak lagi praktis.
"Bikin ribet ya sebenarnya, sebenarnya bisa pakai kartu e-money kayak gitu. Tapi buat saya yang biasa pakai aplikasi kan lebih enak pakai aplikasi, daripada harus bawa kartu ke mana-mana kan," ungkap Galuh dikutip Selasa.
Sebagai pengguna transportasi umum, Galuh merasa keberadaan sistem pembayaran dengan aplikasi dompet digital sangat mempermudah.
Pasalnya, para penumpang cukup menggunakan ponsel lalu memindai barcode. Apalagi, ponsel sudah menjadi bagian tak terpisahkan ketika beraktivitas.
"Kalau pakai ponsel, ponsel ini kan udah kayak dompet ya. Zaman sekarang kan mau bayar apa-apa pakai ponsel kan daripada pakai kartu," kata Galuh.
"Sementara kartu itu kan, nanti kadang terselip, ketinggalan atau enggak ketemu. Jadi lebih ke mempersulitnya sih, enggak praktis," sambungnya.
Sementara Farhan M, pekerja di kawasan Gondangdia mengaku pembayaran tiket MRT menggunakan dompet digital, misalnya OVO dan Gopay, mempermudah masyarakat.
Sebab, layanan dompet digital itu juga dipakai untuk pembayaran transportasi lain ketika ingin melanjutkan perjalanan dari Stasiun MRT.
"Kalau pakai OVO atau Gopay enak kan. Turun MRT mau nyambung pakai Ojol juga tinggal pesan. Sekarang malah jadi kepisah-pisah. MRT-nya pakai kartu, bayar ojolnya pakai aplikasi," kata Farhan.
Farhan, Galuh dan Hantini berharap operator MRT Jakarta mengevaluasi kembali penyesuaian sistem pembayaran tiket yang diberlakukan saat ini.
Sebab, kebijakan ini justru mempersulit masyarakat ketika ingin menggunakan transportasi publik yang praktis.
"Harapannya sih perlu dievaluasi lagi ya. Memang masih ada pembayaran aplikasi yang tersedia, misalnya iSaku. Itu kan masyarakat masih kurang familiar," tutur Farhan.
Sebelumnya, PT MRT Jakarta (Perseroda) mulai menyesuaikan sistem pembayaran atau pembelian tiket dengan uang elektronik yang diberlakukan pada Sabtu (1/7/2023).
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengatakan, adanya kebijakan baru ini membuat penumpang tidak bisa lagi membayar dengan sejumlah e-wallet seperti OVO, GoPay, Linkaja, dan Dana.
"Terkait sistem pembayaran e-wallet OVO, Gopay, Linkaja, DANA yang tidak berlaku di MRT mulai hari (Sabtu) ini, 1 Juli 2023," ujar Syafrin dalam keterangannya, Sabtu.
Syafrin mengatakan, kebijakan baru dari PT MRT ini dilakukan karena tidak tercapainya kesepakatan bisnis dengan keempat penyedia dompet digital.
Oleh karena itu, Syafrin mengungkapkan, kontraknya tidak diperpanjang.
"Kondisi ini terjadi karena periode kontrak kerjasama dengan para mitra e-wallet berakhir dan belum ada kesepakatan atau keinginan dari para mitra itu untuk memperpanjang kerja sama kembali," kata Syafrin.
Namun, ia mengatakan, MRT Jakarta tetap membuka opsi kelanjutan kerja sama sepanjang sesuai dengan ketentuan yang selama ini telah berjalan atau sesuai dengan kerja sama sebelumnya.
Menurutnya, semakin banyak opsi pembayaran, tentu akan semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat.
"Namun kami tetap menghormati keputusan dan pertimbangan dari para mitra e-wallet tersebut. Saat ini yang masih bekerjasama untuk server based, yaitu Astrapay, i-saku, dan Blu BCA," ujar Syafrin.
Dengan adanya kebijakan baru ini, pemesanan tiket MRT Jakarta hanya dapat dilakukan melalui dompet digital lain, yakni isaku, Astrapay, dan blu by BCA.
Selain itu, pengguna juga dapat membayar dengan kartu uang elektronik, yakni E-money, Flazz, Brizzi, Tapcash, dan Jakcard.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/04/12100121/mrt-tak-bisa-pakai-ovo-hingga-gopay-pengguna-enggak-praktis-perlu