Salin Artikel

Jakarta International Stadium (JIS) dan Dilema Standardisasi FIFA

JIS direncanakan akan menjadi salah satu Venue stadion Piala Dunia U17. Namun, setelah dilaksanakan evaluasi dan studi kelayakan, ada sejumlah catatan, yaitu perbaikan pada aspek aksesibilitas, aspek keselamatan, dan kualitas rumput.

Pengecekan dilakukan Menteri Badan Usaha Milik Megara (BUMN) sekaligus Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir dan Menteri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Selasa (4/7/2023).

Sejarah Perencanaan JIS

Jika menelusuri dari perencanaan JIS, desain awal berasal dari pemenang sayembara yang diselenggarakan oleh Pemprov DKI (Dinas Pemuda & Olahraga DKI Jakarta) dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta pada awal 2010.

Dilanjutkan ke tahap detail desain bersama pemenang tender waktu itu, PT. Arkonin. Pada saat itu terkendala lahan sehingga proyek ditunda.

Pada Desember 2018, bersama PT. Jakarta Konsulindo untuk merancang ulang dengan perubahan kriteria; jumlah penonton serta atap stadion yang bisa dibuka tutup, menghilangkan track atletik.

Kemudian pada Mei 2019, PT. PDW diajak bergabung KSO pemenang tender untuk menyelesaikan pengembangan desain dari basic design yang sudah dikerjakan.

Penggunaan konsep utamanya adaptasi dari budaya Betawi sekaligus merayakan keberagaman Jakarta sebagai kota milik semua.

Bentuk arsitektur dinamis melingkar, selain bentuk dasar stadion, melambangkan kegiatan olahraga yang dinamis.

Kemudian pada saat perubahan desain tahun 2018, selubung stadion diubah karena kapasitas bertambah signifikan.

Konsep dan Pendekatan JIS

Secara konsep jika ditilik dari bentuk dan orientasi desain JIS, lebih mengutamakan konsep-konsep urban atau perkotaan modern. Pendekatan aksesibilitas dengan transportasi umum massal, ruang-ruang publik, dan perlengkapan taman lebih diutamakan.

Konsep ini menjadi wajah yang coba diwujudkan oleh perancangan demi mengimbangi konsep kota Jakarta, yaitu kota kolaborasi, di mana masyarakat berkumpul melakukan komunikasi pada ruang-ruang publiknya.

Visi Kota Kolaborasi didasari oleh gagasan yang melibatkan warga kota untuk menciptakan ekosistem saling mendukung.

Secara pendekatan makro ini, penulis menilai bahwa JIS tidak memfokuskan pada satu kegiatan, yaitu pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan sepak bola.

JIS cenderung sebagai wadah yang lebih utama untuk visi kolaborasi ini, di mana JIS menjadi ruang tempat konser, berkumpul, berdiskusi dan berkreasi oleh penduduk Jakarta.

Pertimbangan aspek keamanan, akses keselamatan penonton tidak direncanakan untuk sesuatu yang berpotensi gaduh dan chaos. Kemudian muncul penilaian dari FIFA tentang kelayakan stadion terhadap standardisasi FIFA.

Sisi modern desain JIS

JIS dirancang hanya memiliki lapangan sepakbola, namun standardisasi yang digunakan kurang mendukung dalam wadah standardisasi stadion di dunia merujuk pada FIFA.

Jika kita perhatikan penerapan teknologi pada stadion JIS tidak main-main. Contohnya teknologi atap yang didesain dengan sistem otomatis bisa dibuka-tutup, kemudian teknologi sound system dan permainan lighting system menunjukkan sisi kemampuan modern dan teknologi pada JIS.

Namun di sisi lain, JIS dinilai mengabaikan aspek sinar matahari. Sementara dalam ekosistem stadion sepak bola, harus mengutamakan kualitas fisik dari rumput yang digunakan.

Memang terdapat beberapa alternatif jenis rumput yang dipergunakan, apakah itu gabungan sintesis, hibrida atau natural. Namun faktor penerimaan secara durasi rumput yang ditanam harus dipikirkan juga.

Bagaimana stadion mengakomodasi akses sinar matahari secara maksimal, yaitu 8 jam menurut standar FIFA.

Pengabaian perawatan rumput juga bisa diartikan pengabaian terhadap tujuan utama dari perancangan stadion sepak bola.

Jika kita menilik pada stadion-stadion yang telah terstandar FIFA di Indonesia, seperti Stadion Gelora Bung Karno, Stadion Gelora Bung Tomo, Stadion Manahan, Stadion Jaka Baring dan Stadion I Wayan Dipta, seluruhnya menggunakan pendekatan stadion ruang terbuka.

Sinar matahari dapat mengakses permukaan rumput selama 12 jam per hari, yang tidak bisa diakses oleh JIS.

Jadi apakah JIS layak menjadi stadion sepak bola di Indonesia?

Secara desain lebih condong pada gedung orkestra atau pertunjukan yang baik ketimbang stadion sepak bola yang diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Demi memitigasi aspek iklim tropis dan karakter pendukung sepak bola di Indonesia, pendekatan desain yang setara dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno lebih diutamakan, karena terbukti dapat menampung aktivitas pengguna stadion dalam kapasitas maksimalnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/05/11353051/jakarta-international-stadium-jis-dan-dilema-standardisasi-fifa

Terkini Lainnya

Asa Pemulung yang Tinggal di Kolong Jembatan, Berharap Uluran Tangan Pemerintah

Asa Pemulung yang Tinggal di Kolong Jembatan, Berharap Uluran Tangan Pemerintah

Megapolitan
Warga Matraman Keluhkan Air Mati Setiap Malam, Berbulan-bulan Tak Ada Perbaikan

Warga Matraman Keluhkan Air Mati Setiap Malam, Berbulan-bulan Tak Ada Perbaikan

Megapolitan
'Ada Pedagang Warkop Kecil di Pinggir Jalan, Bisa Kasih Hewan Kurban ke Sini...'

"Ada Pedagang Warkop Kecil di Pinggir Jalan, Bisa Kasih Hewan Kurban ke Sini..."

Megapolitan
Penghuni Kolong Jembatan Keluhkan Air Sungai Ciliwung Bau Usai Pemotongan Hewan Kurban

Penghuni Kolong Jembatan Keluhkan Air Sungai Ciliwung Bau Usai Pemotongan Hewan Kurban

Megapolitan
Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Megapolitan
Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Megapolitan
Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Megapolitan
Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Megapolitan
OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai 'Airsoft Gun'

OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai "Airsoft Gun"

Megapolitan
Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Megapolitan
Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Megapolitan
Anies Baswedan: Lebih Penting 'Ngomongin' Kampung Bayam...

Anies Baswedan: Lebih Penting "Ngomongin" Kampung Bayam...

Megapolitan
Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Megapolitan
Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke