Sebab, pernikahan Jojo-Luna yang disebut menghabiskan lebih dari Rp 200 juta itu dianggap melecehkan budaya Jawa, mengingat tradisi pernikahan adat Jawa yang sakral digunakan dalam acara "pernikahan" hewan.
Salah satu kritik datang dari Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menyayangkan penyelenggaraan "The Royal Wedding Jojo-Luna" itu.
"Sangat menyayangkan dan menyatakan ketidaksetujuan atas terselenggaranya kegiatan The Royal Wedding Jojo dan Luna, yang terpublikasi secara viral pada media sosial," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, dikutip dari akun resmi Instagram Dinas Kebudayaan DIY, @dinaskebudayaandiy.
Minta maaf ke Keuskupan Agung Jakarta
Warganet juga menyampaikan kritik saat melihat adegan seorang Romo seolah melakukan pemberkatan dalam "pernikahan" tersebut sebagaimana terlihat dalam video yang beredar di media sosial.
Menanggapi ini, Valentina Chandra (Valen) dan Indira Ratnasari (Nena) selaku pemilik anjing sekaligus penyelenggara acara tersebut meminta maaf kepada Keuskupan Agung Jakarta.
"Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya ke Keuskupan Agung Jakarta dan seluruh umat Katolik untuk berita pemberkatan hewan yang disalahartikan," kata Nena dalam jumpa pers di Pejaten, Jakarta Selatan, Rabu (19/7/2023).
Nena menjelaskan, hal yang dilakukan Romo saat memercikkan air bukanlah untuk memberkati layaknya dalam pernikahan manusia.
Namun, hal itu sebagai bentuk memberkati hewan peliharaan sebagaimana tradisi yang dilakukan oleh umat Katolik selama ini.
"Sebenarnya yang terjadi hanyalah pemberkatan hewan yang seperti biasa dilakukan oleh gereja di tanggal 4 Oktober untuk menghormati Santo Fransiskus Asisi," jelas Nena.
"Kami berdua selaku penyelenggara acara dengan ini menyatakan permohonan maaf atas kegaduhan yang terjadi di masyarakat dengan terselenggaranya acara Jojo dan Luna," kata Nena dalam kesempatan yang sama.
Mereka menegaskan, tidak ada maksud untuk melecehkan atau tidak menghargai budaya Jawa.
"Kami sangat menyesal dan memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pegiat budaya Jawa dan seluruh masyarakat yang kurang berkenan dan merasa tersakiti dengan adanya acara ini," tutur Nena.
Ingin memperkenalkan budaya Jawa lewat "pernikahan" Jojo-Luna
Valen menjelaskan, sebenarnya mereka ingin memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada para pencinta hewan, terlebih Nena dan Valen sama-sama berasal dari suku Jawa.
"Sebenarnya agak kaget (atas repons publik). Jujur saya bukan ada maksud melecehkan atau tidak menghargai budaya Jawa. Saya orang Jawa, dari Jogja. Saya kangen banget sama budaya Jawa. Saya merantau dari Jogja ke Jakarta," kata Valen.
Belakangan, mereka mengakui, cara untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan kebudayaan Jawa ini tidak bijak.
Valen dan Nena baru menyadarinya setelah informasi soal "pernikahan" Jojo-Luna viral di media sosial dan menuai kontroversi.
"Kami berjanji tidak akan mengulangi lagi dan tidak akan terjadi lagi ke depannya," kata Nena.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/21/07321861/permintaan-maaf-pemilik-jojo-luna-buntut-kontroversi-pernikahan-adat-jawa