Salah satu warga yang terdampak kekeringan itu yakni Narma (43), ibu rumah tangga yang tinggal di RT 006 RW 02 Keranggan.
"Kalau mandi dan mencuci baju, saya dan warga juga pada ke kali. Itu malah hampir setiap hari (warga) nyuci di situ," kata Narma kepada Kompas.com, Jumat (15/9/2023).
Namun, untuk keperluan memasak dan minum, Narma membeli air isi ulang atau meminta air bersih dari sumur tetangganya.
"Kalau buat dikonsumsi, beli air isi ulang, tapi terkadang meminta sama tetangga," ucap dia.
Hal serupa turut dirasakan Ida (53). Perempuan paruh baya yang baru merantau dua bulan dari Lampung ini langsung dihadapkan dengan masalah kekeringan.
Menurut Ida, pompa tak mampu menyedot air lantaran sumur di rumahnya mengering. Alhasil, ia terpaksa meminta air bersih kepada keponakannya.
"Saya minta sama keponakan saya. Kalau tetangga beli air isi ulang, malah ada yang mandi pakai air galon isi ulang," ucap Ida.
Adapun ratusan kepala keluarga (KK) di Kelurahan Keranggan kesulitan mendapatkan air bersih sejak bulan lalu.
Pasalnya, air yang bersumber dari sumur warga mengering akibat musim kemarau yang berkepanjangan.
"Kalau dari data yang diajukan dari beberapa RT, jumlahnya sekitar 700 KK. Itu (laporan) dari 10 RT yang terdampak kekeringan," kata Lurah Keranggan, Madih, saat dikonfirmasi.
Madih mengatakan, jumlah warga yang terdampak kekeringan masih bisa berubah.
Sebab, Madih masih menunggu laporan dari 13 RT lainnya yang berada di Kelurahan Keranggan.
"Kami masih menunggu, karena kami ada 23 RT, dengan jumlah warga 8.409," ucap dia.
Guna mengatasi masalah ini, mobil tangki air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel mulai dikerahkan sejak Kamis (14/9/2023).
"Saya berharap bisa kontinu, mungkin ya sesuai kebutuhan masyarakat, jadi setiap harinya dapat suplai air bersih," ucap Madih.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/15/20590991/sumur-mengering-warga-keranggan-tangsel-terpaksa-cuci-baju-dan-mandi-di