Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, pihaknya secara intensif melakukan berbagai upaya agar bisa dilakukan intervensi sedini mungkin terhadap anak-anak yang terindikasi stunting.
”Kami memberikan intervensi untuk balita bermasalah gizi, dimulai dari berat badan yang tidak bertambah sesuai standar (weight faltering), kekurangan berat badan (underweight), gizi kurang, gizi buruk, hingga stunting. Jika ditemukan, maka harus segera ditindaklanjuti,” jelas Ani dalam keterangannya, Kamis (25/1/2024).
Pemberian intervensi secara spesifik dilakukan melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak di bawah lima tahun (balita) bermasalah gizi dengan memberikan makanan kaya protein hewani, di antaranya telur dan susu.
Berdasarkan penelitian, telur dan susu mengandung asam amino tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Menu makanan tambahan disiapkan sesuai standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI.
Upaya intervensi tersebut dilakukan melalui sinergi dengan berbagai pihak, baik pemerintah pusat, TNI/Polri, pihak swasta, dunia pendidikan, media, hingga masyarakat dalam gerakan Jakarta Beraksi.
Gerakan tersebut mewadahi semua pihak agar bergerak bersama untuk percepatan pengentasan stunting.
”Peran aktif ini dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk pembiayaan untuk melengkapi anggaran percepatan penurunan stunting yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),” lanjut Ani.
Jakarta Beraksi hadir hingga tingkat kelurahan berupa pos gizi. Di pos gizi terdapat berbagai kegiatan, yakni pemberian PMT; edukasi terkait tumbuh kembang balita dengan masalah gizi, dan pola makan balita.
Kemudian, dilakukan evaluasi dari pihak terkait, termasuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan dukungan penuh dari para kader Posyandu dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
”Kami terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” tutur Ani.
Sebagai informasi, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melakukan Active Case Finding sepanjang 2023, yaitu secara aktif menemukan kasus anak-anak bermasasalah gizi termasuk stunting.
Jemput bola dilakukan melalui upaya door to door untuk mengukur status gizi balita.
Selain itu, juga dilakukan kegiatan Posyandu yang memberikan beragam fasilitas untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan, salah satunya memeriksakan status gizi dan mendapatkan edukasi.
Dari data yang ada hingga bulan november 2023, sebanyak 19, 64 persen dari jumlah balita yang stunting berhasil lulus dari stunting setelah dilakukan intervensi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/25/23221341/targetkan-tak-ada-kasus-baru-pemprov-dki-gencar-turunkan-angka-stunting