Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti "Stasiun Eropa" Bantu Atasi Macetnya Tanjung Priok

Kompas.com - 28/07/2013, 10:29 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pernah berkunjung atau melihat Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara? Jika Anda pernah melihatnya, pasti tak menyangkal bahwa stasiun ini merupakan salah satu stasiun terapik di Jakarta. Gaya bangunan yang klasik dengan atap peron yang melengkung tinggi membuat stasiun ini menyerupai stasiun-stasiun yang ada di Eropa. 

"Ini mirip stasiun kereta di London, Berlin, tentu saja Belanda," ujar pengamat ekonomi Faisal Basri, saat pertama kali berkunjung ke stasiun ini, Kamis (28/6/2012), tahun lalu.

Karena "kecantikannya" pula, stasiun ini kerap menjadi lokasi syuting, baik iklan maupun video klip serta kegiatan-kegiatan hiburan lainnya. Stasiun Tanjung Priok memang menjadi salah satu bangunan bersejarah peninggalan era kolonial Belanda di Jakarta.

Stasiun yang diarsiteki oleh CW Koch Statts Spoorwegen ini, dibangun pada tahun 1914 saat Batavia (nama Jakarta di era kolonial) di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal AFW Idenburg. Stasiun ini sempat lama tak beroperasi sampai akhirnya dilakukan renovasi besar-besaran dan dibuka kembali pada 2009.

Pada tahun 2011, saat PT KAI melakukan penyederhanaan rute KRL Jabodetabek, Stasiun Tanjung Priok sempat melayani juga rute KRL untuk relasi Tanjung Priok-Jakarta. Rute ini menjadi satu dari enam rute yang ada. PT KAI akhirnya menutup rute ini sekitar pertengahan 2012.

Pertimbangan ekonomis menjadi alasan rute yang hanya melintasi tiga stasiun ini, yaitu Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Ancol dan Stasiun Tanjung Priok, akhirnya ditutup.

"Penumpangnya sedikit sekali, kadang-kadang enggak ada. Akhirnya ditutup sekitar 2012," kata Kepala Humas PT KAI Daops I Sukendar Mulya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/7/2013).

Kemacetan Tanjung Priok

Semakin tingginya intensitas kendaraan peti kemas yang melewati kawasan Tanjung Priok membuat kawasan ini dilanda macet parah. Kemacetan bahkan tidak terjadi di satu ruas jalan saja, tetapi sudah berimbas ke beberapa ruas jalan di Jakarta Utara yang seluruhnya mengarah ke Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya.

Jalan-jalan yang mengalami kemacetan yaitu Jalan RE Martadinata mengarah ke Priok, Jalan Ahmad Yani mengarah Ke Priok, Tol Sunter mengarah ke Priok, Cempaka Putuh ke Priok dan Tol JORR mengarah ke Cilincing. Kemacetan bisa bertambah parah apabila kapal mengalami keterlambatan kedatangan yang membuat antrian kendaraan peti kemas. Bahkan koridor 10 (Pluit-Priok) dan koridor 12 (PGC-Priok) tidak bisa melayani penuh karena hanya bisa sampai di kawasan Sunter, tepatnya di halte Sunter Kelapa Gading.

Kondisi ini tentu membuat warga Jakarta Utara lelah berhadapan dengan situasi lalu lintas yang tentu saja, menguras waktu perjalanan dan mungkin juga menguras emosi.

Rindu keberadaan KRL

Sejumlah warga kawasan Tanjung Priok yang ditemui Kompas.com, Selasa (23/7/2013), menyatakan, mereka merindukan KRL kembali ke kawasan tersebut. Dengan bantuan KRL, mereka berharap dapat mempersingkat waktu tempuh perjalanan dari rumah ke tempat kerja mau pun sebaliknya.

"Pengen banget ada lagi KRL ke Priok, jadinya kan tidak usah bermacet-macetan ke Stasiun Kota dulu," kata Lidyana (24), warga Kebon Baru, Jakarta Utara.

Untuk berangkat kerja dari rumahnya di Kebon Baru menuju Stasiun Kota, Lidyana sudah berhadapan dengan kemacetan. Dia baru bisa sedikit bernapas jika sudah duduk di KRL yang menuju Tebet, Jakarta Selatan.

Hal serupa juga diungkapkan Diah (53) yang sering beraktivitas ke daerah Kota dan sekitarnya.

"Terbantu sekali bila KRL ke Tanjung Priok dioperasikan kembali. Bisa menjadi salah satu alternatif dan solusi transportasi di Priok yang sudah kacau ini," harapnya.

Saat dikonfirmasi, PT Kereta Api Indonesia menyatakan belum tahu apakah rute KRL dari Jakarta Kota ke Tanjung Priok akan dibuka kembali. Stasiun Tanjung Priok memiliki delapan perlintasan rel. Namun, saat ini, stasiun tersebut hanya melayani kereta barang peti kemas menuju Pelabuhan Tanjung Priok serta kereta ekonomi jarak jauh seperti ke Stasiun Pasar Turi Surabaya, Solo Jebres dan Kediri.

"Saya juga enggak tahu apakah mau akan dioperasikan kembali. Padahal sayang stasiunnya bagus, kayak di Paris," ujar Sukendar Mulya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com