72 kelurahan
Terbakarnya panel instalasi air baku milik Perum Jasa Tirta (PJT) II mengakibatkan pasokan ke jutaan pelanggan air yang tersebar di 72 kelurahan menjadi terganggu. Sebanyak 41 kelurahan di antaranya mengalami pengurangan air dan 31 lainnya terhenti. Warga pun harus berburu air bersih dari sumur, membeli air di tempat pengisian air isi ulang, atau membeli dari pedagang air keliling.
Kelurahan yang pasokan airnya terhenti antara lain Slipi, Penjaringan, Palmerah, Kemanggisan, Kebon Jeruk, dan Kedoya Selatan. Sementara kecamatan yang mengalami pengurangan pasokan air antara lain Jatipulo, Cideng, Petamburan, Grogol, Petojo Utara, Duri Kepa, Tanjung Duren Selatan, dan Tanjung Duren Utara.
Akibat penurunan pasokan air tersebut langsung dirasakan Kartono Lihawa (67), warga RT 007 RW 007, Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Ia harus menunggu seharian hingga tandonnya penuh. ”Biasanya saya hanya membutuhkan waktu 1-2 jam untuk mengisi tandon air di rumah hingga penuh,” ujarnya.
Hal serupa dialami Heri Purnomo (31), warga RT 009 RW 009, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejak Sabtu petang. ”Awalnya, air yang keluar dari pipa tidak sederas biasanya. Sekarang mati total, anginnya saja tidak ada yang keluar,” katanya.
Heri mengatakan, dalam dua hari terakhir ini, dia dan keluarganya terpaksa mandi di tempat pemandian umum yang terletak tak jauh dari rumahnya. ”Biasanya mandi di kamar mandi sendiri, sekarang mau tidak mau harus mandi di pemandian umum. Warga yang mandi dipungut Rp 2.000 dan harus membayar Rp 3.000 jika ingin membawa air empat ember berukuran sedang,” ujarnya.
Di Tanjung Duren, sejumlah pedagang air menjajakan air bersih dengan berkeliling dari rumah ke rumah. Beberapa pedagang mengaku mengantarkan air bersih sesuai pesanan warga. Setiap jeriken berukuran 20 liter air dijual Rp 5.000. ”Harganya saya naikkan Rp 1.000 karena sekarang air susah dan tempat mengambil air jauh,” ujar Wakid (47), penjaja air keliling di Tanjung Duren.
Selain menyerbu pedagang air keliling, warga juga berbondong-bondong ke tempat isi ulang air siap minum. Setiap mengisi ulang, warga biasanya dipungut biaya Rp 13.000 per galon.
Wijaya, warga Tanjung Duren Timur, bahkan harus bolak-balik membeli air isi ulang untuk persediaan. ”Hari ini sudah tiga kali saya mengisi galon. Saya mengajak anak saya agar bisa langsung membawa dua galon,” katanya.
Di Kelurahan Cideng, Jakarta Pusat, krisis air bersih dialami 6.332 keluarga yang ada di 10 RW. Lurah Cideng Samsudin mengimbau warganya menghemat penggunaan air dan terus berupaya berkoordinasi dengan PAM untuk pengadaan air bersih.
Direktur Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan pada Kementerian Kesehatan Wilfried H Purba mengimbau warga agar berhati-hati dalam mengonsumsi air. ”Masyarakat tetap harus mengonsumsi air yang layak. Dari fisiknya, kriteria air bersih itu tidak berbau, jernih, dan tidak berwarna,” ujarnya. (K10/NEL/MKN) Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.