Saat posisi bus tegak lurus, semua penumpang menumpuk di depan bus sehingga banyak penumpang yang tewas akibat tergencet badan bus dan penumpang lainnya. ”Saya sempat mengeluarkan 13 penumpang yang semuanya sudah tewas,” kata Kushendar, yang juga orangtua Hamdani.
Menurut dia, kondisi jenazah saat dievakuasi cukup mengenaskan. Ssebagian besar korban tewas karena terjepit badan bus, mengalami luka di kepala, dan patah tulang.
KebingunganDi Kelapa Gading, Jakarta Utara, anggota keluarga, teman, dan pengurus gereja hilir mudik mendatangi sekretariat GBI Rahmat Emmanuel. Raut sedih dan bingung tampak dari mereka yang datang, termasuk Yanti (32) yang bermaksud mengecek nasib ibunya, Evlin Tampi.
”Kemarin, kakak telepon Ibu (Evlin Tampi). Beliau bilang ikut Doa dan Puasa Ester dan pagi ini mau pulang. Saat dengar kabar kecelakaan itu, kami cemas Ibu jadi korban. Sampai siang ini belum dapat informasi yang jelas,” kata Yanti.
Adi Marbun (23) dan Yerison Mbuik (25) dari tim pelayanan GBI Rahmat Emmanuel meminta nomor telepon Yanti. ”Kami akan sampaikan setiap informasi yang kami terima kepada anggota keluarga. Ada banyak orang yang menghubungi kami untuk menanyakan kondisi keluarganya,” kata Adi.
Hanya beberapa menit sejak Yanti meninggalkan sekretariat, datang Erick Soplanit (31) mengecek nasib Ginokon Sihotang, salah satu peserta Doa dan Puasa Ester yang satu gereja dengan Erick. Dengan tergesa-gesa, dia mendatangi Adi dan menanyakan kondisi Ginokon. Namun, dia tak mendapat informasi yang dia harapkan.
”Keluarga (Ginokon) di Jalan Buaran, Jatinegara, Jakarta Timur, belum tahu kondisi Bapak. Mereka terus memantau berita, mengecek informasi di gereja, dan mencoba menghubungi nomor teleponnya. Namun, panggilan telepon tak dijawab,” kata Erick.
Adi berulang menyampaikan permohonan maafnya. ”Kami belum mendapatkan informasi resmi nama-nama korban, tetapi kami akan sampaikan setiap informasi yang masuk ke kami kepada bapak/ibu,” kata Adi. (mkn/win/bro/k10/k08)