"Saya ikut kerja juga di KBN, tapi masa kontrak habis. Ya, jadi pengangguran lagi. Sekarang ngojek saja di daerah Muara Baru," ujar Lukman (42), warga kluster. Terlepas dari masalah pekerjaan, Lukman tetap senang bisa tinggal di Rusun Marunda.
Selain masalah modal kerja, warga pun berharap agar pemerintah membangun pasar dan tempat wisata di sekitar rusun. Dengan begitu, banyak masyarakat yang datang ke tempat tersebut sehingga warga dapat membuka usaha baru.
Selama ini warga merasa kesulitan untuk menjangkau pasar yang berjarak 2 kilometer dari rusun. Selain itu, sarana transportasi berupa angkutan umum pun terbatas. Bus gratis sudah ada, tetapi hanya tersedia pada pagi dan sore hari untuk mengantar-jemput warga yang bekerja.
Angkutan kota hanya masuk ke kawasan rusun sampai pukul 18.00. Sopir angkot enggan masuk kompleks rusun pada malam hari karena harus berbagi rezeki dengan para tukang ojek. Ongkos ojek dari pangkalan ojek ke dalam rusun ini Rp 10.000 sekali jalan.
"Bagi-bagi rezeki dong, kita tukang ojek kan juga butuh makan," kata Kasno (38), tukang ojek di Rusun Marunda, beberapa waktu lalu.
Kondisi warga rusun itu berbeda jauh dibandingkan dengan penghuni di Kluster B Blok 5 dan Kluster A Blok Bawal Rumah Susun Marunda. Di tempat ini, area parkir rusun terisi oleh beragam mobil milik penghuni rusun. Pemilik mobil itu dikenai tarif penitipan mobil sebesar Rp 35.000 per bulan. Konon, ada yang membawa tujuh mobil dan diparkir di rusun tersebut. Ada berbagai jenis mobil yang diparkir di tempat itu, antara lain Daihatsu Terios, Nissan Grand Livina, Honda Freed, dan Honda Civic.
Di Blok A, yang dihuni warga kalangan menengah atas dan mahasiswa, area parkir "dihuni" oleh mobil-mobil baru. Pemandangan itu tampak sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi unit rusun di lantai lain yang dihuni warga dari kalangan ekonomi bawah.
Saat ini sudah ada 26 blok rusun yang telah dihuni di Marunda. Masih ada 9 blok yang belum bisa dihuni karena masih membutuhkan renovasi fasilitas. Lima blok di antaranya telah rampung sehingga tersisa empat blok yang belum direnovasi. Rencananya kesembilan blok tersebut diperuntukkan bagi warga Waduk Pluit yang terkena program normalisasi kawasan waduk gelombang berikutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.