Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Selama 5 Tahun, Buruh Diberi KHL Tidak Pantas

Kompas.com - 28/10/2013, 20:10 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, nilai kebutuhan hidup layak (KHL) 2013 sebesar Rp 2,2 juta diputuskan karena tidak dapat ditetapkan jauh di atas nilai KHL tahun lalu. Hal itu disebabkan angka KHL 2012 telah melonjak sebesar Rp 700.000 dibanding tahun sebelumnya.

"Bayangkan, selama tahun 2007-2012, lima tahun, buruh selalu diberikan KHL di bawah survei dan tidak pantas," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (28/10/2013).

Menurut Basuki, penetapan kenaikan KHL hingga lebih dari setengah juta rupiah pada tahun lalu itu dilakukan untuk mengoreksi angka KHL selama lima tahun sebelumnya. Ia mengatakan, pada tahun 2006, angka KHL DKI sebesar Rp 831.996. Setahun berikutnya, nilai KHL DKI naik menjadi Rp 991.998, lalu bertambah lagi menjadi Rp 1.055.276 pada 2008.

Pada tahun 2009, KHL DKI naik sekitar Rp 200.000 dan ditetapkan menjadi Rp 1.314.059. Setahun berikutnya, angkanya hanya bertambah sekitar Rp 2.000 menjadi Rp 1.317.710. Tahun 2011, KHL DKI bertambah kurang dari Rp 100.000 menjadi Rp 1.401.000. Besaran KHL meroket tinggi pada tahun lalu, yakni menjadi Rp 1.987.789.

Akibat tambahan besar pada tahun lalu, tahun ini KHL DKI ditetapkan sebesar Rp 2,2 juta atau naik sekitar Rp 200.000. Jumlah itu tidak sama dengan keinginan buruh, yang menuntut KHL 2013 sebesar Rp 2,7 hingga Rp 3 juta. Buruh juga mendesak Pemprov DKI untuk menaikkan UMP 2014 menjadi Rp 3,7 juta dengan memperhitungkan 84 komponen penentu KHL.

Basuki mengatakan, tahun ini Pemprov DKI Jakarta akan tetap mempertahankan 60 komponen untuk menentukan KHL DKI 2013. Basuki khawatir, jika penentuan KHL dilakukan berdasarkan 84 komponen seperti permintaan buruh, perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.

Menurut Basuki, jika Pemprov DKI menuruti keinginan buruh untuk menetapkan KHL menjadi 84 komponen, produktivitas kerja juga harus ditingkatkan. Ia menilai bahwa KHL sebesar Rp 2,2 juta tahun ini sudah cukup mewakili kebutuhan hidup pekerja lajang di Jakarta.

"Secara produktivitas, kita belum bisa menyamakan diri dengan negara lainnya. Jadi, sampai sekarang kita masih bergelut di 60 komponen dulu," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com