Pertengakaran itu muncul ketika Edo menyatakan rasa cintanya kepada Feby. Namun, Feby menolak karena Edo telah beristri. Feby, menurut Edo, juga memukulinya. Dia pun membalasnya.
"Kami sama-sama emosi," kata Edo, saat ditemui wartawan di Mapolres Jakarta Timur, Senin (3/2/2014) dini hari.
Menurut Edo, Feby yang memukulnya terlebih dahulu. "Dia duluan pukul saya, ini saya masih ada bekas cakaran. Karenanya, saya balas dan pukul dia juga," ujarnya.
Akibat adu pukul di antara mereka, Edo mengaku mengalami luka cakar di wajah dan tangan. Sementara Feby mengalami luka lebam di bibirnya sampai gigi depannya copot dan berdarah.
Melihat Feby terluka dan berdarah, Edo mengaku menghentikan aksinya. Namun, Feby tidak terima dan meminta ganti rugi untuk perawatan luka di bibir dan giginya.
Feby pun meminta untuk bertemu dengan keluarga Edo untuk memastikannya bertanggung jawab dengan menanggung biaya perobatan. Sembari minta maaf, Edo mengaku menyanggupi permintaan Feby. "Saya minta maaf sambil saya bujuk supaya dia tenang," katanya.
Edo pun menuruti permintaan Feby dan membawanya ke rumah orangtua Edo di kawasan Perum
Citayam, Depok, Jawa Barat. Ternyata, saat itu, di rumah itu kosong dan sedang tidak
ditinggali. "Kami lalu ngbrol-ngobrol biasa di sana," kata Edo.
Namun, katanya, di sana mereka kembali bertengkar. Edo mengaku gelap mata hingga mencekik dan menganiaya Feby. "Saya makin kesal sama perkataannya," katanya tanpa merinci penyebab pertengkaran.
Edo mengaku mencekik Feby hingga Feby tidak bergerak. "Setelah tak bergerak, saya ambil pisau dan tusuk lehernya," kata Edo. Menurut Edo, hal itu dilakukan untuk memastikan Feby tewas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.