Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD: Jokowi Cuma Bicara Target Bus, Anggarannya Tidak Cukup

Kompas.com - 10/02/2014, 16:11 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi B Bidang Transportasi DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin mengatakan, sulit memenuhi permintaan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk mengadakan 3.000 bus sedang dan 1.000 transjakarta. Menurut dia, jumlah anggaran yang diusulkan dan tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi keinginan Jokowi tersebut.

"Gubernur (Jokowi) cuma bicara target 3.000 dan 1.000 bus. Tapi, kalau melihat anggaran yang ada, kenyataannya ya tidak bisa," kata Selamat kepada Kompas.com, Senin (10/2/2014) di Jakarta.

Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan, anggaran yang tersedia untuk pengadaan ribuan transjakarta sekitar Rp 2 triliun, sementara untuk ribuan bus sedang sebesar Rp 1,8 triliun. Jumlah itu tidak hanya dipergunakan untuk membeli bus, tetapi juga membayar bus-bus yang datang pada akhir tahun 2013.

Sebanyak 346 bus sedang untuk bus kota terintegrasi busway (BKTB) dan 310 transjakarta didatangkan pada akhir tahun lalu. Selamat mengatakan, bus itu dibeli menggunakan anggaran yang telah disahkan pada APBD 2014, yakni sekitar Rp 566 miliar. Jadi, apabila harga satu bus sedang Rp 800 juta dan satu transjakarta gandeng senilai Rp 4 miliar, maka anggaran sekitar Rp 3,8 triliun itu tidak cukup untuk mengadakan 3.000 bus sedang dan 1.000 transjakarta. Masih ada kekurangan sebesar Rp 566 miliar untuk pengadaan bus pada akhir tahun lalu.

"Jadi, ada baiknya Gubernur jangan bicara kuantitas dulu, tapi lihat anggaran yang disediakan. Dewan sama sekali tidak mengubah kebijakan Gubernur, loh," kata Selamat.

Dalam Rancangan APBD DKI 2014, anggaran yang diusulkan mengadakan ribuan bus sedang mencapai Rp 1,6 triliun. Adapun untuk pengadaan transjakarta, anggaran yang diusulkan mencapai Rp 3 triliun. Menurut Selamat, target itu tidak akan tercapai, meskipun kini Pemprov DKI Jakarta menggunakan e-purchasing dan e-catalogue dalam pembelian bus.

Selamat menyebutkan, agar anggaran terserap, Pemerintah Provinsi DKI harus dapat mengetahui terlebih dahulu harga yang terdapat di dalam e-catalogue. Kini anggaran bus dalam katalog digital itu belum keluar.

Selamat mengatakan, jangan sampai bus yang sudah dibeli banyak menjadi sia-sia. Pemprov DKI Jakarta harus dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar gas, depo sebagai tempat parkir bus, dan manajemen operasional bus yang dipenuhi, seperti pengemudi dan sebagainya. Bus yang sekian lama terbengkalai itu akan menjadi karatan dan tidak bisa dipakai.

Selain itu, Pemprov DKI juga harus dapat memberi kekuatan penuh kepada Unit Pelaksana Transjakarta (UP Transjakarta) selaku pengelola BKTB dan transjakarta. Terlebih lagi, UP Transjakarta kini telah menjadi badan usaha milik daerah dengan nama PT Transjakarta.

Selamat menyebutkan, Pemprov DKI harus segera merancang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD-ART) serta merancang penyertaan modal pemerintah (PMP) yang tidak dianggarkan dalam APBD 2014. Dengan segala kekurangan tersebut, PT Transjakarta belum bisa bekerja secara optimal. "Harus ada tim fokus sebagai pengawal program transjakarta sampai berubah menjadi PT," kata Selamat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com