Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda Tanya di Balik Pengadaan Bus Baru Jokowi

Kompas.com - 12/02/2014, 07:50 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

"Jadi tak masalah. Tidak ada aturan yang melarang itu. Kan yang penting pada saat mengajukan pendaftaran lelang, pihak-pihak itu menyertakan pihak lain melalui perjanjian KSO," ujar Drajat saat dihubungi Kompas.com, Selasa siang.

Menurut catatan Dishub, kata Drajat, pemenang tender pengadaan bus itu memiliki rekam jejak yang baik.Dan tak ada persoalan dalam proses tender.


"Saya pastikan bagus semua rekam jejak mereka," lanjut Drajat.

Ia mengatakan, kerusakan pada sejumlah komponen bus baru tersebut karena keterlambatan pengapalan dari Pelabuhan Shanghai ke Jakarta. Yang penting, lanjut Drajat, pihak PT San Abadi telah bersedia bertanggung jawab dan mengganti seluruh komponen bus rusak.

Jokowi minta pertanggungjawaban

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, akan mengejar pihak yang harus bertanggung jawab atas kerusakan sejumlah komponen bus yang baru diluncurkan itu.

"Aturannya sudah jelas, memang harus ada yang bertanggung jawab," ujarnya, seusai blusukan di Marunda, Selasa sore.

Saat ini, Jokowi mengaku belum mendapat laporan Inspektorat Pemprov DKI Jakarta yang melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah pejabat dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Ia akan menunggu laporan pemeriksaan untuk mengambil tindakan.

Pada Selasa sore, 7 pejabat Dishub DKI diperiksa oleh Inspektorat Pemprov DKI. Pemeriksaan berlangsung mulai dari pukul 14.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB.

Kepala Inspektorat Frangky Mangatas belum bisa mengungkapkan hasil pemeriksaan. Hasil pemerikaan akan diketahui tiga hari mendatang.

Sebelumnya diberitakan, beroperasinya 90 dari 310 bus Transjakarta dan 18 dari 346 BKTB baru di Jakarta, tak berjalan mulus. Sebanyak 5 bus Transjakarta dan 10 BKTB mengalami kerusakan di sejumlah komponennya. Misalnya, banyak komponen berkarat, berjamur dan beberapa instalasi tidak dibaut. Bahkan, ada yang tidak ada fanbelt mesin.

Belum terungkap persoalan tersebut, Kompas.com kembali mendapatkan data sejumlah bus banyak yang tidak beroperasi karena rusak. Kerusakan itu di antaranya, mesin panas dengan cepat, kepala aki berkarat sehingga menghambat proses kelistrikan, mesin sulit dinyalakan, dan pendingin ruangan bocor. Bahkan, ada unit Transjakarta yang tabung apar pendingin mesin tiba-tiba meledak meski mesin dalam kondisi normal, fanbelt putus, instalasi kabel terkelupas, komponen radiator mati, turbo bus berkarat, AC berjamur, ban mudah pecah dan LED indikator bahan bakar gas tidak dapat berfungsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com