JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah direlokasi ke Pasar Cipinang Besar Selatan (Cibesel), para pedagang mainan yang berjualan di Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur, memilih kembali berjualan di trotoar Jalan Basuki Rahmat. Pedagang merasa berjualan di Pasar Cibesel tidak menguntungkan karena sepi pembeli.
Supriyadi (32), salah satu pedagang boneka Barbie di Pasar Gembrong, akhirnya kembali berjualan di trotoar karena barang dagangannya tidak laku di tempat relokasi. "Sudah dua kali saya pindah ke PD Pasar Jaya Cipinang, tahun 2010, sama yang barusan tahun kemarin, tapi mau gimana lagi di sana sepi enggak ada yang beli," kata Supriyadi saat ditemui Kompas.com di Pasar Gembrong, Senin (24/2/2014).
Menurut Supriyadi, jumlah pembeli di trotoar jalan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat relokasi. Di pinggir jalan, setiap hari barang jualannya laku paling sedikit Rp 400.000. Adapun di Pasar Cibesel, jumlah itu baru ia peroleh dalam sepekan.
"Kalau di sini (trotoar) mending, ada yang kelihatan beli. Kalau di sana (Cibesel), yang dagang lihat yang dagang lagi. Kalau kita enggak dagang di luar, enggak ada penghasilan," ujar Supriyadi.
Pedagang yang tinggal di RT 12 RW 02, belakang Pasar Gembrong, ini hanya bertahan hampir 2 bulan sejak direlokasi pada September 2013. Meski biaya sewa tempat gratis selama 6 bulan, ia memilih kembali ke trotoar. Ia menyebutkan, kondisi Pasar Cibesel sebetulnya tidak panas dan lebih bersih dibanding di trotoar jalan. Namun, apa daya, kurangnya pembeli membuatnya kembali lagi ke Pasar Gembrong.
Ia menyatakan, sepinya konsumen bisa diakibatkan oleh sempitnya lahan parkir di tempat relokasi. Aksesnya pun sulit. "(Parkir) mobil kurang lebih 25-an. Kalau motor 70-80 an," ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Emin (47), warga RT 12 RW 02, yang juga menjadi pedagang di Pasar Gembrong. Menurut Emin, kini hanya istrinya yang berjualan di Pasar Cibesel, sementara dirinya kembali berjualan di pinggir trotoar. "Kalau ngandelin yang di sana saja mau makan apa," ujar Emin.
Istri Emin tidak berjualan di dalam pasar, tetapi di pinggir jalan depan pasar. Menurut Emin, pedagang belum dibebani biaya sewa sehingga dapat berjualan dengan gratis selama 6 bulan. Pedagang hanya diwajibkan membayar listrik sekitar Rp 100.000 per bulan atau tergantung pemakaian.
Emin mengatakan, dirinya bersedia pindah kembali ke Pasar Cibesel asalkan Pemerintah DKI Jakarta punya langkah tepat untuk mengundang pembeli. "Penginnya kita jangan asal ngusir aja relokasinya, coba gimana caranya biar maju. Jangan suruh pindah aja lempar tanggung jawab," kata Emin.
Pedagang di sana kini memilih berjualan di atas trotoar, tetapi bersepakat tidak turun ke badan jalan. Meski demikian, hal itu memicu parkir liar di sekitar lapak mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.