Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Cabe-cabean" dan Karang Taruna yang Dinilai Kampungan

Kompas.com - 02/04/2014, 10:19 WIB
Laila Rahmawati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Fenomena munculnya geng motor yang kemudian melahirkan "cabe-cabean" dinilai oleh psikolog UI, Wimarini Wilman, merupakan dampak dari kurangnya wadah apresiasi dan kreasi untuk remaja yang ada di masyarakat.

"Program-program untuk remaja itu sangat kurang. Program pemerintah contohnya Karang Taruna. Zaman dulu (Karang Taruna) masih aktif. Pemerintahnya juga katanya akan memperhatikan. Tapi, sekarang? Ditambah lagi pola pikir kebanyakan orang yang menganggap Karang Taruna itu kampungan," kata Wimarini kepada Kompas.com, Rabu (2/4/2014).

Padahal, program-program untuk remaja, semacam Karang Taruna, apabila digarap serius dari dulu dapat mencegah adanya fenomena geng motor dan "cabe-cabean". Dia tak menampik saat ini mulai banyak kelompok masyarakat yang membuat program untuk remaja. Namun, menurutnya, sosialisasi program tersebut masih kurang. 

"Harian Kompas juga punya kan lembaran untuk anak mudanya (Kompas Muda), tapi hari gini siapa sih remaja yang baca koran," katanya melanjutkan.

Program-program tersebut, kata dia, seharusnya disosialisasikan dalam bentuk yang menarik secara visual.

Wimarini juga menilai program musik kurang tepat jika dijadikan sebagai program untuk remaja. Hal itu karena dalam dunia musik, ada unsur ingar-bingar yang dapat memicu tuntutan reputasi.

Dalam hal ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan. Penggalakan kembali program Karang Taruna harusnya dapat dipertimbangkan oleh pemerintah. Terlepas dari apa pun, "cabe-cabean" adalah remaja biasa yang merindukan pengakuan, identitas, dan wadah yang memfasilitasi bakat dan minat mereka.

"Remaja yang kaya dapat difasilitasi oleh orangtuanya untuk berkegiatan positif, sedangkan yang tidak mampu? Di situlah peran pemerintah dibutuhkan," ujarnya.   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com