"Program-program untuk remaja itu sangat kurang. Program pemerintah contohnya Karang Taruna. Zaman dulu (Karang Taruna) masih aktif. Pemerintahnya juga katanya akan memperhatikan. Tapi, sekarang? Ditambah lagi pola pikir kebanyakan orang yang menganggap Karang Taruna itu kampungan," kata Wimarini kepada Kompas.com, Rabu (2/4/2014).
Padahal, program-program untuk remaja, semacam Karang Taruna, apabila digarap serius dari dulu dapat mencegah adanya fenomena geng motor dan "cabe-cabean". Dia tak menampik saat ini mulai banyak kelompok masyarakat yang membuat program untuk remaja. Namun, menurutnya, sosialisasi program tersebut masih kurang.
"Harian Kompas juga punya kan lembaran untuk anak mudanya (Kompas Muda), tapi hari gini siapa sih remaja yang baca koran," katanya melanjutkan.
Program-program tersebut, kata dia, seharusnya disosialisasikan dalam bentuk yang menarik secara visual.
Wimarini juga menilai program musik kurang tepat jika dijadikan sebagai program untuk remaja. Hal itu karena dalam dunia musik, ada unsur ingar-bingar yang dapat memicu tuntutan reputasi.
Dalam hal ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan. Penggalakan kembali program Karang Taruna harusnya dapat dipertimbangkan oleh pemerintah. Terlepas dari apa pun, "cabe-cabean" adalah remaja biasa yang merindukan pengakuan, identitas, dan wadah yang memfasilitasi bakat dan minat mereka.
"Remaja yang kaya dapat difasilitasi oleh orangtuanya untuk berkegiatan positif, sedangkan yang tidak mampu? Di situlah peran pemerintah dibutuhkan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.