Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Cuti atau Mundur dari Gubernur DKI, Jokowi Tunggu Keputusan PDI-P

Kompas.com - 10/04/2014, 08:03 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo mengatakan, tim internal bagian hukum partainya tengah mengkaji apakah ia mundur atau hanya mengajukan cuti dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Hal ini terkait pencalonannya sebagai bakal capres pada Pemilihan Presiden 2014. 

"Belum. Masih dikaji oleh pakar hukum," ujar Jokowi di kediaman dinasnya, Jalan Taman Suropati 7, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2014) kemarin.

Jokowi tak dapat memastikan kapan pakar hukum internal PDI-P selesai melakukan analisis terhadap jabatannya. 

Sementara itu, terkait adanya tudingan ia memanfaatkan APBD DKI, Jokowi membantah. Ia dituding memanfaatkan jabatannya sebagai Gubernur DKI untuk meraup suara di Ibu Kota dengan menggunakan APBD Jakarta, yakni ketika ia blusukan ke permukiman masyarakat.

"Terselubung gimana sih? Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke, saya kan cuma di Jakarta, ya ndaklah," kata Jokowi.

Desakan mundur

Sebelumnya, Ketua Fraksi Gerindra di DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi mengatakan bahwa pencapresan Jokowi membuatnya tak fokus bekerja untuk DKI Jakarta. Oleh sebab itu, ia disarankan mundur.

"Kan selama ini Pak Jokowi sibuk mengurus kampanye legislatif, kebijakan menjadi tersendat. Padahal Jakarta ini Daerah Khusus Ibu Kota, yang tak boleh satu jam pun tertunda kebijakannya," ujar Sanusi.

Alasan selanjutnya, adanya persepsi publik yang mengatakan bahwa belum mundurnya Jokowi sebagai gubernur agar dapat melakukan kampanye terselubung serta menggunakan APBD DKI. Kegiatan blusukan Jokowi sebagai gubernur, lanjut Sanusi, tidak ubahnya dengan kampanye memperkenalkan diri ke warga.

Alasan terakhir, yakni soal etika politik. Belum mundurnya Jokowi sebagai gubernur dianggap tak memberikan teladan etika politik yang baik bagi publik. Timbul kesan haus dan serakah kekuasaan.

"Seorang pemimpin harus memberikan contoh etika politik yang baik kepada publik. Contohlah Gita Wirjawan, mau jadi presiden mundur dari Menteri Perdagangan. Contoh lain Pak Ahok, mau jadi gubernur Jakarta, mundur dari Bupati Belitung Timur. Hal itu yang tidak dimiliki oleh seorang Jokowi, harus fair," lanjut Sanusi.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, kepala daerah yang maju pada pilpres cukup cuti seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden. Namun, berbeda hal jika Jokowi maju bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Pencuri Sepeda Motor di Bogor Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Pencuri Sepeda Motor di Bogor Ditembak Polisi

Megapolitan
Libatkan Selebgram, Polresta Bogor Bentuk Tim Khusus untuk Berantas Judi Online

Libatkan Selebgram, Polresta Bogor Bentuk Tim Khusus untuk Berantas Judi Online

Megapolitan
Melebihi Target, Program Khitan Massal PAM Jaya Diikuti 521 Anak dari Wilayah Jakarta

Melebihi Target, Program Khitan Massal PAM Jaya Diikuti 521 Anak dari Wilayah Jakarta

Megapolitan
Polda Metro Jaya Ambil Alih Seluruh Laporan Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Polda Metro Jaya Ambil Alih Seluruh Laporan Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Polisi: Kakak-Adik di Jaktim Rencanakan Pembunuhan Pedagang Perabot

Polisi: Kakak-Adik di Jaktim Rencanakan Pembunuhan Pedagang Perabot

Megapolitan
Suami Bakar Istri di Tangerang, Adik Pelaku dan Tetangga Sempat Mencegah

Suami Bakar Istri di Tangerang, Adik Pelaku dan Tetangga Sempat Mencegah

Megapolitan
Heru Budi Kembalikan Pencari Suaka di Depan Kantor UNHCR ke Tempat yang Layak

Heru Budi Kembalikan Pencari Suaka di Depan Kantor UNHCR ke Tempat yang Layak

Megapolitan
Dishub Jaksel Terus Tertibkan Jukir Liar di Minimarket

Dishub Jaksel Terus Tertibkan Jukir Liar di Minimarket

Megapolitan
Enam Kios di Belakang Terminal Kampung Rambutan Terbakar, Diduga akibat Kebocoran Gas

Enam Kios di Belakang Terminal Kampung Rambutan Terbakar, Diduga akibat Kebocoran Gas

Megapolitan
Meski Sulit Cari Uang, Sopir Bajaj di Grogol Percaya Pendidikan Investasi Terbaik untuk Anak

Meski Sulit Cari Uang, Sopir Bajaj di Grogol Percaya Pendidikan Investasi Terbaik untuk Anak

Megapolitan
Motif Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Bunuh Ayahnya Sendiri, Sering Dipukuli dan Tak Diberi Makan

Motif Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Bunuh Ayahnya Sendiri, Sering Dipukuli dan Tak Diberi Makan

Megapolitan
Bawaslu DKI Mulai Petakan Kerawanan Pilkada Jakarta 2024

Bawaslu DKI Mulai Petakan Kerawanan Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
16 Bangunan Terdampak Kebakaran di Kampung Bali Tanah Abang, Sebagian Korban Cari Kontrakan

16 Bangunan Terdampak Kebakaran di Kampung Bali Tanah Abang, Sebagian Korban Cari Kontrakan

Megapolitan
840 Petugas Bersihkan Monas Usai Perayaan HUT Bhayangkara

840 Petugas Bersihkan Monas Usai Perayaan HUT Bhayangkara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com