Sebagian besar dari mereka menjual dalam bentuk batu utuh tapi ada juga yang sudah dibuat menjadi cincin. Seorang penjual batu akik, Adi, mengatakan iseng-iseng ikut mencari batu dan menjualnya.
"Awalnya cuma ikut buat bikin cincin sendiri, eh pada jualan, ya ikutan, deh," kata Adi yang tengah melayani pembeli, Rabu (30/4/2014) petang.
Adi mengatakan tak biasa menjual batu. Dalam keseharian ia berjualan mie ayam. Namun, banyaknya warga yang mencari tambahan rezeki dari batu akik, ia pun tak mau ketinggalan.
Adi mengakui dia memang menyukai bebatuan. Itu sebabnya ia menjual kembali batu yang didapat dengan menambah ilmu jenis bebatuan dari internet.
Dia tak menampik bahwa pendapatan dari 'jualan dadakan' itu cukup menambah isi dompetnya. Terlebih, apabila ia berhasil menemukan batu akik yang langka didapat.
"Kalau yang kecil seperti ini (batu jenis black opal) lebih mahal karena beda dari yang lain," katanya.
Seperti Adi, Taufik juga menjual beragam jenis bebatuan hasil galiannya. Menurut dia, batu akik itu memberi banyak keuntungan. Berbekal palu untuk memecah batu akik hasil penggaliannya, dia mendapatkan keuntungan lumayan. Meskipun untuk itu dia harus berpanas-panas.
Taufik dan Adi mengaku mulai berjualan batu akik itu sejak tiga minggu lalu. Mereka mendapat kabar soal "harta karun" itu dari seorang teman yang merupakan warga sekitar Jalan Bango. Usai mendapatkan batu, mereka langsung menggelar koran dan menaruh bebatuan itu di atas koran.
Para penjual ini mulai menggelar dagangan batu sejak siang hingga malam hari sekitar pukul 19.00 WIB. Menurut mereka, berjualan batu dari hasil galian cukup menguntungkan.
Para pencari ini menjual batu berdasarkan jenis dan ukuran batu. Jenis batu yang dijual seperti anggur, black opal, cempaka, amber, ametis, biru langit.
Adi yang pertama kali membuat cincin dari batu biru langit menunjukkan buatannya ke pembeli. Para pembeli mulai tertarik dan memesan dibuatkan cincin. Beberapa cincin dijual Adi dengan harga Rp 80.000.
Ternyata, para penjual batu dadakan ini berani menjual dengan harga tinggi. Contohnya, batu berjenis black opal berukuran 2 cm yang tinggal satu-satunya itu ditawar oleh pembeli seharga Rp 20.000. Sebelumnya Adi mematok harga Rp 30.000.
Ada pula batu jenis anggur berukuran sekitar 8 cm dijual dengan harga Rp 50.000 karena batu jenis anggur cukup banyak di tanah harta karun tersebut. Para pedagang menjual batu mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 300.000.
Pantauan Kompas.com, para pembeli kebanyakan dari para pekerja yang melintas Jalan Bango Raya. Keadaan ini membuat kemacetan setiap harinya mulai dari TK Pertiwi seberang Komplek DDN I hingga lokasi tanah harta karun.
Selepas Jalan Bango II, jalanan lancar seperti arah sebaliknya. Seperti diberitakan sebelumnya, warga Pondok Labu, Cilandak dihebohkan dengan penemuan batu akik di sebuah bekas taman perumahan di Jalan Bango Raya, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Atas informasi tersebut, banyak warga beramai-ramai menggali area tanah seluas 150x100 meter tersebut untuk mencari batu akik yang diyakini nilainya jutaan rupiah. Selain warga Pondok Labu, lokasi tersebut juga dipenuhi beberapa warga Bogor, Depok dan Senen yang juga ikut mencari peruntungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.