Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergelutan Modernitas dan Pola Tradisional

Kompas.com - 05/05/2014, 23:15 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sadikin mendapati pasar dalam keadaan jorok, tak terawat, di awal pemerintahannya. Ia gundah karena pemimpin Jakarta tahun 1966-1977 ini sadar bahwa pasar adalah aset kota yang penting. Pasar adalah salah satu urat nadi perekonomian Ibu Kota.

Di tahun pertama masa jabatannya, Ali segera mendirikan PD Pasar Jaya. Dalam buku biografi Ali Sadikin: Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi karya Ramadhan KH, badan usaha milik daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini diberi tugas menginventarisasi pasar dan pedagang, merehabilitasi pasar yang ada, meremajakan pasar, dan membangun pasar baru.

Pada 1967, ada 84 pasar resmi di Jakarta yang berdiri di lahan seluas sekitar 26,5 hektar. Pada masa itu, masih ada 60 pasar liar di area seluas 9 hektar. Sebagian pasar liar diambil alih PD Pasar Jaya. Sebagian lagi tidak bisa diambil alih karena berada di lokasi yang tidak sesuai dengan tata kota.

Di pengujung masa jabatannya, Ali mencatat area pasar seluas 90 hektar untuk 82 pasar. Apabila memakai asumsi kebutuhan pasar untuk 5.000 jiwa seluas 0,15 hektar, pasar yang tersedia di Jakarta pada masa itu hanya mencukupi 60 persen dari kebutuhan.

Bagi Ali, pembangunan pasar berarti memberi tempat berjualan yang lebih baik bagi para pedagang lama, serta menyediakan tempat bagi pedagang kaki lima (PKL) di sekitar pasar itu. Dengan demikian, tidak ada lagi pedagang yang berjualan di sekeliling pasar.

Namun, kebijakan ini disadari Ali bukan tanpa kritik. Dalam pidato pertanggungjawaban di pengujung masa jabatannya, Ali Sadikin mengakui perlu ada sebuah sistem yang bisa mencegah anggapan bahwa salah satu cara mudah untuk mendapatkan kapling di tempat penampungan adalah dengan melanggar hukum dulu. Persoalan serupa terjadi pada PKL yang sebagian memanfaatkan trotoar atau bahu jalan untuk berjualan. Setelah pelanggaran aturan terjadi, barulah pemerintah menyediakan tempat di dalam pasar.

”Tahun 1970-an itu, pasar dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitarnya serta kebutuhan masyarakat kota Jakarta yang kala itu belum sebesar saat ini. Namun, persoalan yang dihadapi sebenarnya sama,” kata ekonom Universitas Indonesia, Aris Yunanto, Sabtu (3/5).

Terlepas dari kebutuhan preventif, kebijakan di masa pemerintahan Ali Sadikin telah membawa pertumbuhan pasar tradisional yang modern di masanya. Sejarawan JJ Rizal mencatat, keberadaan gedung Pasar Senen saat ini merupakan salah satu hasil revitalisasi pasar yang dikerjakan pada era Ali Sadikin.

Hanya saja, perkembangan penduduk dan zaman membuat gedung pasar juga menuntut perubahan. Pasar kini bersaing dengan sejumlah pusat perbelanjaan yang dilengkapi dengan beragam fasilitas, seperti pendingin ruangan, eskalator atau lift, serta penyediaan segala jenis kebutuhan harian di satu tempat.

Revitalisasi pasar tradisional mutlak dilakukan dan, kata Aris, harus sejalan dengan kebijakan. ”Jangan sampai pedagang lama tersingkir. Namun, ditanamkan kepada para pedagang untuk melayani konsumen dengan lebih baik. Otomatis cara pelayanan hingga penataan dagangan akan berubah,” tuturnya.

Ciptakan pasar khas

Aris menegaskan, dalam kondisi saat ini, pasar tidak bisa dibiarkan tetap seperti 40 tahun silam. ”Kini, permukiman makin banyak dan tumbuh pasar-pasar kecil untuk memenuhi kebutuhan dasar warga, seperti bahan pokok sehari-hari. Tanpa menabukan keberadaan pasar basah di era modern ini, Jakarta sekarang cocoknya dilengkapi pasar-pasar spesialis untuk pangsa pasar yang lebih besar,” ungkapnya.

Tantangan ini membuat Pemprov DKI Jakarta mulai membuat rancangan pasar. Pasar Senen, misalnya, direncanakan dibangun menjadi area perbelanjaan yang terpadu dengan hunian dan kantor. Selain itu, pasar yang dikembangkan turut menyediakan tempat berdagang bagi PKL.

Dalam desain Rancang Kota yang disahkan Gubernur Sutiyoso tahun 2006, disebutkan bahwa Pasar Senen dikembangkan menjadi tempat perbelanjaan yang juga terhubung dengan aneka jenis moda transportasi, seperti kereta komuter dan bus transjakarta. Jalur pejalan kaki disediakan dan menghubungkan segala lokasi perbelanjaan. Lokasi perbelanjaan menyediakan area parkir untuk lebih dari 3.000 mobil.

Namun, setelah delapan tahun Rancang Kota itu disahkan, pembangunan kawasan Senen belum terlihat maksimal. Perundingan untuk peremajaan bangunan pasar masih terjadi antara PD Pasar Jaya dan pedagang, saat terjadi kebakaran di Blok III pasar tersebut.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Megapolitan
Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Megapolitan
Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Megapolitan
Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Perempuan Dalam Koper Bawa Rp 43 Juta, Hendak Disetor ke Rekening Perusahaan

Perempuan Dalam Koper Bawa Rp 43 Juta, Hendak Disetor ke Rekening Perusahaan

Megapolitan
Rio Reifan Lagi-lagi Terjerat Kasus Narkoba, Polisi: Tidak Ada Rehabilitasi

Rio Reifan Lagi-lagi Terjerat Kasus Narkoba, Polisi: Tidak Ada Rehabilitasi

Megapolitan
Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com