Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Mantan Gelandangan dan Pengemis Jangan Dikurung

Kompas.com - 18/06/2014, 17:17 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai, tempat pembinaan gelandangan dan pengemis yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Cipinang, Jakarta Timur, tak manusiawi. Ia berujar, tak seharusnya para mantan gelandangan dan pengemis itu dikurung di dalam terali besi.

Hal itu disampaikannya saat meninjau blok penampungan gelandangan dan pengemis yang ada di panti tersebut seusai acara Hari Lanjut Usia Nasional, Rabu (18/6/2014).

Di blok tersebut, Basuki menemukan ruangan-ruangan yang pintunya tertutup oleh terali besi yang dikunci dari luar.

"Orang-orang ini tidak pernah bisa ketemu pejabat. Di panti sosial ini saatnya mereka ketemu pejabat. Tapi bukan dikurung. Anak-anak tidak boleh dikurung. Ibu-ibu bawa anak juga semua tidak boleh. Kalau punya KTP DKI tidak boleh dikurung. Begitu tidak ada, bawa ketemu lurah buat ganti KTP," ujarnya kepada Kepala Dinas Sosial Masrokhan yang turut mendampingi.

Tak lama kemudian, Masrokhan langsung memerintahkan stafnya untuk membuka terali tersebut. Basuki lalu memperingatkan seluruh petugas panti sosial untuk tidak lagi melakukan hal yang sama.

"Jadi kita tidak mau siapa pun diperlakukan seperti itu. Ini menurut cara dinas sosial saya tidak manusiawi. Kita tidak mau kurung orang. Kenapa anak-anak yang cuma ngemis karena butuh uang dikurung. Ini cara berpikir salah. Tolong ini diubah polanya," ujar mantan Bupati Belitung Timur itu.

Tak hanya itu, pria yang akrab disapa Ahok itu juga meminta petugas panti untuk lebih memperhatikan menu makanan dan kebersihan para mantan gelandangan dan pengemis itu. "Jangan sampai mereka bau. Kasih sampo. Mother Theresa aja mandiin pengemis. Ya minimal mereka mati terhormat," tukasnya.

Selain merupakan tempat untuk lanjut usia (lansia), Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya juga merupakan panti sosial yang selama ini dijadikan tempat penampungan gelandangan dan pengemis yang terjaring razia.

Namun, tak seperti blok untuk para gelandangan dan pengemis, blok untuk para lansia lebih manusiawi karena tidak menggunakan terali besi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com