Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pose Bung Karno, Mitos, dan Sejarah Tak Rampung Patung Pancoran

Kompas.com - 07/09/2014, 09:33 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sosok lelaki berotot kekar dengan tangan terulur ke depan seolah menunjuk ke sebuah arah akan terlihat jelas setiap orang melintasi jembatan layang di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

Berbalut awan putih atau langit senja, sosok setinggi 11 meter itu, dengan tiang penyangga menjulang 27 meter tersebut, menjadi pemandangan yang sejenak mengalihkan perhatian dari sesaknya jalanan di kawasan ini. Orang-orang menyebutnya Patung Pancoran.

"Nama aslinya adalah patung Dirgantara," kata Hubertus Sadirin, ahli konservatori dari Balai Konservasi Dinas Pariwisata, Sabtu (6/9/2014). Patung ini dibuat oleh pematung Indonesia, Edhi Sunarso, pada 1964-1965.

Dibangun pada era pemerintahan Presiden Soekarno, papar Sadirin, patung ini dibangun untuk menunjukkan kekuatan, kepemimpinan, dan kemegahan Indonesia di udara, di dirgantara. Bila cermat diamati, lanjut dia, lokasi patung ini berada tepat di depan Markas Besar Angkatan Udara.

Pose Bung Karno

Namun, pembuatan patung tersebut juga melibatkan antara lain keluarga Arca Yogyakarta, perusahaan Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono, dan PN Hutama Karya dengan Sutami sebagai arsitek pelaksana.

"Model patung ini adalah Bung Karno (Soekarno, red). Beliau memeragakan pose-nya. Namun, wajah patungnya adalah Pak Edhi," tutur Sadirin.

Patung Pancoran dibuat dengan bahan perunggu. Adapun tiang penyangganya berbahan beton. Total bobot patung ini mencapai 11 ton. Dengan bahan tersebut, biaya pembuatannya pun tak murah, tetapi Sadirin tak bisa menyebutkan nominal biaya yang tepat.

Sekalipun memiliki filosofi dan makna yang positif serta harapan tinggi akan kedirgantaraan Indonesia, proses penyelesaian patung sempat terkendala peristiwa G30S pada 1965. Apalagi, saat itu kondisi kesehatan Bung Karno juga terus menurun. "Ini adalah patung terakhir yang digagas ide cemerlang dan idealisme Bung Karno."

Mitos ujung jari

Beragam mitos pun membalut patung ini. Salah satunya adalah mitos ujung jari. Patung ini berdiri menghadap utara. Jarinya pun menunjuk ke arah yang jauh.

Arah jari menunjuk tersebut diyakini oleh sebagian kalangan sebagai penunjuk lokasi kekayaan rahasia milik Bung Karno. Namun, kalangan lain berpendapat arah telunjuk itu mengarah ke Pelabuhan Sunda Kelapa.

Ada pula yang berpendapat ujung jari ini merupakan perlambang sapaan dan sambutan bagi orang-orang yang baru tiba di Jakarta melalui Bandara Halim Perdanakusuma.

"Mitos itu bukan berdasar kajian ilmiah," ujar Sadirin. "Pak Edhi sendiri sempat cerita kalau tidak ada indikasi seperti itu. Patung ini kan adanya di belakang markas AU, jadi ya gambarannya untuk memimpin penerbangan Indonesia agar lebih maju," papar dia.

Patung yang tak rampung

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim 'Selamatkan' 830.000 Jiwa

Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim "Selamatkan" 830.000 Jiwa

Megapolitan
Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Megapolitan
Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Megapolitan
Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Megapolitan
Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Megapolitan
4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

Megapolitan
Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Megapolitan
KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

Megapolitan
Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Megapolitan
Jelang Idul Adha, Pemprov DKI Mulai Periksa Kesehatan Ribuan Hewan Kurban

Jelang Idul Adha, Pemprov DKI Mulai Periksa Kesehatan Ribuan Hewan Kurban

Megapolitan
Selain Temukan Pil PCC, Polisi Juga Sita Sejutaan Butir Hexymer di 'Pabrik Narkoba' Bogor

Selain Temukan Pil PCC, Polisi Juga Sita Sejutaan Butir Hexymer di "Pabrik Narkoba" Bogor

Megapolitan
Polisi Periksa 14 Saksi Terkait Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor

Polisi Periksa 14 Saksi Terkait Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor

Megapolitan
Sespri Iriana Ikut Pilkada Bogor, Klaim Kantongi Restu Jokowi

Sespri Iriana Ikut Pilkada Bogor, Klaim Kantongi Restu Jokowi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com