Menurut Ogihara, jalan layang di tengah kota Tokyo tetap diperlukan untuk mengalirkan lalu lintas orang dan barang karena tidak semua pergerakan di dalam kota bisa diakomodasi sepenuhnya oleh sistem angkutan massal berbasis rel.
"Pengalaman Tokyo selama 100 tahun lebih menunjukan bahwa di Tokyo, pembangunan sistem transportasi massal berbasis rel selalu dilakukan sejalan dengan pembangunan jalan arteri dan jalan layang di tengah kota," papar Ogihara, di Balaikota Jakarta, Kamis (2/10/2014).
Menurut Ogihara, tidak ada kota di dunia yang mengandalkan mobilitas warganya hanya dengan transportasi massal tanpa menyediakan rasio jalan yang mencukupi.
Karena itu, Ogihara menilai keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun enam ruas jalan tol dalam kota sudah tepat.
Ogihara memaparkan, pembangunan enam ruas jalan tol di Jakarta akan lebih baik apabila menggunakan konstruksi layang. Sebab selain dapat menghemat pembebasan lahan, tanah yang ada juga masih dibutuhkan untuk pembangunan ruang terbuka hijau (RTH).
"Tujuh puluh lima persen atau sekitar 301,3 kilometer jalan tol di Tokyo merupakan jalan layang yang dibangun di atas sungai dan kanal serta melewati gedung-gedung tinggi di tengah kota," dia menjelaskan.
Seperti diberitakan sebelumnya, perwakilan dari MEX pada Rabu pagi menyambangi Balaikota Jakarta. Tujuan dari kedatangan "Jasa Marga" Jepang itu adalah untuk menawarkan keikutsertaan mereka dalam proses pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.