Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelacuran Mencoreng Karakter Puncak

Kompas.com - 08/12/2014, 16:52 WIB
BOGOR, KOMPAS.com — Penangkapan 19 perempuan asal Maroko yang dilacurkan di Puncak, Tugu Utara, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, membuktikan pergeseran karakter kawasan wisata ini dari menjual alam indah ke transaksi seksual.

Seorang perempuan ditangkap oleh petugas Direktorat Jenderal Keimigrasian yang menyamar jadi konsumen pelacuran, Selasa (2/12) malam. Perempuan itu mengakui terlibat pelacuran. Dari pengakuan itu, petugas melacak dan menangkap 17 perempuan lainnya, Rabu malam. Seorang perempuan lain menyerahkan diri, Kamis pagi.

Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Sonny Mulvianto Utomo mengatakan, keberadaan praktik pelacuran itu harus diwaspadai. Bisa jadi, kata Sonny, praktik itu menyelubungi kejahatan lebih besar, antara lain peredaran narkotika atau perdagangan manusia. ”Harus diwaspadai dan segera diantisipasi,” kata Sonny, Minggu kemarin.

Dari penangkapan itu, lanjut Sonny, akan ditindaklanjuti dengan terus berkoordinasi dengan jajaran imigrasi untuk memantau aktivitas para imigran di Puncak. Jangan sampai para imigran yang sedang mencari perlindungan itu terjerat oleh kasus kejahatan. Selain itu, warga Puncak juga jangan jadi korban atau terlibat dalam praktik kejahatan.

Meski agak sulit tertangkap tangan, kata Sonny, peran warga dalam praktik pelacuran cukup terasa, misalnya sebagai pengantar perempuan yang dilacurkan kepada konsumen atau penghubung. ”Kami akan berantas praktik ini. Jika ada warga Indonesia yang terlibat, tentu ditangkap untuk diproses hukum,” katanya.

Kepala Kantor Imigrasi Bogor Herman Lukman mengatakan, para perempuan yang ditangkap itu seusai diperiksa dideportasi ke Maroko. Para perempuan itu berusia 20-25 tahun, kecuali satu orang berusia 33 tahun.

Mereka masuk ke Indonesia dengan paspor turis. Beberapa di antara mereka sudah lewat masa kunjungan. Adapun pasar pelacuran ini diduga lelaki Timur Tengah dan warga lokal yang berduit. Mereka mengklaim tarif sekali kencan singkat mencapai Rp 2,5 juta-Rp 5 juta.

Wilayah Cisarua sudah dikenal sebagai ”kampung” Timur Tengah. Di sini ada kafe dan restoran nuansa padang pasir, vila atau hotel khusus untuk mereka, deretan toko, serta tempat penukaran uang. Tak sulit menemukan orang berciri fisik Asia Barat dan Afrika Utara, termasuk Timur Tengah, di daerah itu.

Koordinator Komunitas Peduli Puncak Tedja Kusumah pernah menyatakan, amat resah tetapi seakan tak mampu membendung kedatangan para wisatawan asal Asia Barat yang ternyata membuka praktik pelacuran. ”Itu bukan jati diri Puncak. Puncak adalah kawasan lindung dan juga tempat wisata alam,” katanya.

Pelaksana Tugas Bupati Bogor Nurhayanti pun resah dengan laporan warga atas praktik pelacuran oleh warga asing di Puncak. Hal itu mendorong dirinya memerintahkan Satuan Polisi Pamong Praja untuk terus berpatroli. (BRO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com