Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot: Agen Pembaru Utama adalah Birokrasi

Kompas.com - 08/01/2015, 14:31 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Evaluasi atas kinerja birokrasi adalah keniscayaan untuk mengukur pencapaian dan memperbaiki cara kerja. Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meminta semua pegawai negeri sipil di Provinsi DKI Jakarta tidak menyalahartikan hal itu.

Menurut Djarot, evaluasi atas kinerja birokrasi harus tetap ada. Dia berharap evaluasi rutin tiga bulan sekali yang direncanakan setelah perombakan struktur birokrasi tidak disalahartikan seakan-akan penggantian pejabat dilakukan setiap tiga bulan.

Pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melantik 4.676 pejabat eselon 2-4 di lingkungan Pemprov DKI. Jumlah itu berkurang dibandingkan dengan sebelumnya yang mencapai 8.011 jabatan. Pemprov DKI menghapus 1.500 jabatan dan untuk sementara mengosongkan 1.835 jabatan karena dinilai kurang efektif.

”Memang muncul kekhawatiran di kalangan pejabat, mereka tidak tenang dalam bekerja dengan adanya evaluasi setiap tiga bulan. Mereka jadi tidak fokus dalam kerja. Namun, evaluasi harus tetap ada. Jangan merasa jabatan aman,” kata Djarot, saat berkunjung ke kantor Redaksi Kompas, Rabu (7/1).

Djarot menyatakan akan segera turun ke enam wilayah kota dan kabupaten administrasi untuk memberikan penjelasan kepada segenap pegawai negeri sipil tentang evaluasi dan perombakan jabatan itu. Kunjungan dimulai hari Kamis ini di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.

Selain memberikan penjelasan tentang evaluasi kinerja, Djarot juga akan mendorong para pegawai DKI untuk meninggalkan kebiasaan menunda pekerjaan, tidak punya inisiatif, terjebak dalam rutinitas, dan hanya menunggu perintah. Menurut dia, para pegawai negeri sering lupa bahwa agen pembaru yang utama adalah birokrasi.

”Dalam enam bulan ini kami akan menata pasukan di birokrasi agar lebih proaktif, tidak sekadar reaktif. Saya yakin dengan terapi kejut seperti ini akan ada perubahan. Kuncinya memang ada di birokrat,” ujarnya.

Djarot menilai, perombakan birokrasi besar-besaran di DKI Jakarta adalah sejarah baru dalam reformasi birokrasi di Indonesia. Dia menyadari pasti ada kekecewaan di kalangan pejabat yang dinonaktifkan.

”Kalau ada pejabat yang kecewa, bilang saja kepada saya. Sebenarnya konsekuensi seorang pegawai negeri sipil adalah bersedia ditempatkan di mana saja, diberi jabatan atau tidak diberi jabatan. Cara mereka menerima konsekuensi ini akan menunjukkan kualitas mereka sebagai PNS,” kata Djarot.

Dia juga meminta aparat untuk tidak takut menggunakan anggaran sepanjang tidak melanggar aturan dan korupsi. Harapannya, masalah yang dihadapi warga bisa segera selesai.

Benahi tunjangan

Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Deddy S Bratakusumah mengatakan, selain oleh atasan, warga berhak mengevaluasi kinerja aparat di wilayahnya. Warga bisa menilai dengan membandingkannya dengan periode sebelumnya.

Terkait rotasi, mutasi, dan degradasi dalam sistem birokrasi, kata Deddy, semua PNS diangkat dalam jabatan. Artinya, apa pun posisinya, PNS pasti menyandang jabatan, baik struktural, administrasi, ataupun fungsional.

Menurut Deddy, PNS seharusnya tetap bekerja di mana pun ditugaskan secara profesional sebagai bentuk pengabdian. Selama ini keluhan sering muncul dari pejabat yang degradasi antara lain karena timpangnya tunjangan antara pejabat struktural, fungsional, dan administrasi.

Turun ke lapangan

Sebagai pejabat yang baru dilantik pada Jumat (2/1) lalu, Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi langsung turun memantau pembagian kunci unit Rumah Susun Sederhana Sewa Muara Baru yang akan menjadi tempat relokasi 81 warga RT 016 yang sebelumnya tinggal di sisi timur Waduk Pluit.

Rustam mengatakan, warga yang masih berada di area waduk segera direlokasi secara bertahap sesuai ketersediaan unit rusunawa. ”Warga yang direlokasi ini tinggal di penampang basah. Ada sekitar 2.000 keluarga. Kalau air naik, rumah warga ini terendam dan rawan longsor,” ujarnya.

Camat Penjaringan Yani Wahyu P yang sebelumnya menjabat sebagai wakil camat di wilayah yang sama mengatakan, warga RT 016 lebih diprioritaskan karena tinggal di lokasi pertemuan antara air kali dan waduk. (DEA/FRO/MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com