Keberadaan kelompok itu, sebagai pelopor pertanian perkotaan di wilayah itu, tetap menebarkan virus bercocok tanam di antara penghuni rusunawa.
Suhardi (42) adalah salah satu penghuni rusunawa yang tertular virus menanam itu. Penghuni Blok C-2 Marunda itu kepincut kepada tanaman sayuran yang dikelola Kelompok Tani Hijau Marunda. Ia pun minta izin kepada pengelola rusun untuk memanfaatkan lahan di halaman Blok C-2. Karena tanah di halaman rusun kurang subur, ia mencari tanah merah gembur, masih dekat lokasi rusun.
Ia menguruk tanah yang akan ditanami dengan tanah merah gembur. Ia juga menyebarkan aneka pupuk di tanah tersebut. Butuh waktu kira-kira sebulan untuk mengolah tanah itu.
Kini, halaman rusunawa itu sudah berubah menjadi hijau. Ada tanaman pare, kangkung, labu, jagung, ketela, dan kacang panjang.
”Padahal saya tidak punya pengalaman bertani. Merawat tanaman itu harus sabar seperti merawat bayi. Saat bibit mulai tumbuh, rasanya senang sekali,” kata Suhardi.
Suhardi membutuhkan modal sekitar Rp 1 juta untuk bercocok tanam. Modal itu ia gunakan untuk membeli bibit, peralatan, tanah sebagai tanam, dan pupuk. Bahan itu ia kumpulkan sedikit demi sedikit untuk memuaskan hobinya.
Menurut Suhardi, beberapa tanaman sangat mudah dikembangkan. Caisim, misalnya, bisa dipanen sekitar setengah bulan. Hasil panen itu tidak hanya ia nikmati sendiri tetapi juga dibagi kepada para tetangga.
Kebetulan, Suhardi juga berjualan makanan sehingga hasil panennya bisa dimanfaatkan untuk berjualan.
Kreativitas Suhardi ditiru ibu-ibu lain di Rusunawa Marunda. Awalnya, segelintir orang menanam di lahan-lahan kosong di sekitar rusunawa. Mereka menanam singkong, serai, ubi, cabai, bayam, dan bunga.
Sri Indriyani (56), penghuni Cluster C 1, mendapatkan bibit sayuran dari suaminya yang bekerja sebagai petugas pertamanan. Sisa tanaman ia manfaatkan untuk mengisi halaman rusun yang kosong.
”Lumayan untuk menghemat biaya belanja rumah tangga yang mahal. Kalau ingin masak sayur, tinggal petik,” ujar Sri sambil tersenyum.
Manfaat berkebun
Berkebun di lingkungan rusunawa bisa berkontribusi terhadap penciptaan lingkungan kota yang bersih, hijau, sehat, dan nyaman. Lingkungan perkotaan semakin gersang karena alih fungsi lahan dan bisnis properti yang sangat pesat.
Salah satu inisiator komunitas Indonesia Berkebun Sigit Kusumawijaya mengatakan, kesadaran masyarakat di Indonesia untuk memanfaatkan lahan kosong menjadi lahan produktif memang belum pesat.
Di Singapura, misalnya, sudah ada sinergi antara warga, pemerintah, dan pengembang untuk kegiatan pertanian perkotaan. Sinergi itu membuat kegiatan pertanian perkotaan menjadi semakin masif dan berkelanjutan.